This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Bersama Dr. KH. Moh. Hamdan Rasyid, MA, Kepala Bidang Takmir Mesjid Raya Jakarta Islamic Centre Jakarta, "Dakwah itu kewajiban kita, lakukan yang terbaik untuk umat ! semoga Allah selalu merahmatimu...

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.


Selasa, 26 Agustus 2008

SEKELUMIT TENTANG JIN

Makhluk ciptaan Allah dapat dibedakan antara yang bernyawa dan tak bernyawa. Di antara yang bernyawa adalah jin. Kata jin menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan yang berarti istitar (tersembunyi). Jadi jin menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus, sedangkan setan ialah setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan. Iblis adalah gembongnya setan.

APAKAH JIN ITU?
Jin dinamakan jin karena wujudnya yang tersembunyi dari pandangan mata manusia. Firman Allah, "Sesungguhnya ia (jin) dan pengikut- pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka." (QS. Al A'raf 27).

Kalau pun ada manusia yang dapat melihat jin, jin yang dilihatnya itu adalah yang sedang menjelma dalam wujud makhkuk yang dapat dilihat mata manusia biasa. Dalam sebuah hadis, Nabi SAW bersabda, "Setan memperlihatkan wujud (diri)nya ketika aku shalat, namun atas pertolongan Allah, aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tanganku. Kalau bukan karena adanya doa saudaraku Nabi Sulaiman, pasti kubunuh dia."(HR Al Bukhari). [Baca selengkapnya]


Senin, 25 Agustus 2008

ANAK YANG SALEH

Bagi yang pernah melihat penggalan videoclip tentang gambar ini pastilah akan setuju untuk mengatakan bahwa ianya adalah makhluk langka yang hidup dan bolih ditemui di salahsatu belahan bumi kita sekarang ini.

Ini bermakna bahwa pada jaman dahulu kala, apalagi di tanah suci yang penuh dengan kejadian-kejadian ajaib (bolih dikisahkan oleh mereka yang mengalaminya semasa menunaikan ibadah haji), maka hal serupa juga boleh terjadi di sana. Melihat gambar ini saya jadi teringat sembang kami dengan Pak Su Ahmad Rais Johari semasa beliau berada di Bandung kemarin. Oleh kerana itu, demi janji kepada beliau, berikut ini adalah uraian kisah berkenaan yang sudah pun saya simpan kat file lebih dari 7 tahun lamanya. [Baca Cerita Selengkapnya]


Rabu, 20 Agustus 2008

DIALOG RASULULLAH DENGAN IBLIS - II

Dari: Maya Hirai


[Maaf, Transkrip Dialog Tidak Tersedia]



Hikmah dari Kisah ini

Sebagai upaya mencari hikmah dalah kisah di atas, rangkuman ini barangkali berguna untuk direnungkan:
  • Kita perlu semakin menancapkan keyakinan, bahwa syaithan tidak punya kuasa sedikitpun bagi orang-orang yang disucikan-Nya.
  • Jadi upaya kita adalah memohon kepada Allah Ta'Ala agar Dia ridho dan berkenan membersihkan segala dosa baik sengaja maupun tidak untuk mendapatkan ampunan-Nya.
  • Bila kita simak, perbedaan mendasar keyakinan Iblis adalah tidak ada keinginannya untuk bertaubat, walau Rasulullah SAW telah menghimbaunya bahkan dengan menawarkan jaminan untuk mendapatkan ampunan. Dengan tegas Allah berfirman: "Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar." (QS. 20:82).
  • Bila kita cermati hadangan dan rintangan yang akan dilakukan oleh Iblis dari kisah tersebut membuat kesadaran bahwa upaya untuk menjalani kehidupan sungguh tidak mudah.
  • Hanya karena Maha Rahman dan Maha Rakhiim-Nya sajalah kita akan selamat dalam menjalani kehidupan ini hingga akan selamat dari jebakan-jebakan syaithan.

Naskah ini disarikan dari dua rujukan. Terdapat beberapa perbedaan kecil atas terjemahan, kami mencoba merangkumnya.

Source -I: Bab-II POHON SEMESTA/Pustaka Progressif/Cetakan-I/Oktober 1999.
Dari Kitab Sajaratul Kaun oleh Muhyiddin Ibnu Arabi/Darul 'Ilmi al-Munawar asy-Syamsiyah, Madinah. Translated by: Nur Mufid, Nur Fu'ad..

Source-II: Dari Judul Asli: Syajaratul Kaun dan Hikayah Iblis. Risalah Muhyiddin Ibnu al-'Arabi
[Mesir : Mushthafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh, 1360/1941]
Translated By: Wasmukan, Risalah Gusti/Cetakan-II, Mei 2001


Minggu, 17 Agustus 2008

ONE MISSING BASMALLAH?

Basmallah
Today, we were told there are 114 kalimah Basmallah in the Qur'an. All surah begins with kalimah Basmallah, except surah Taubah. Since there are 114 kalimah Basmallah in the Qur'an, where is the other one? Please name the surah and the ayat.

The first one who gives me the correct answer will get a little present of cahier moleskine notebook from me.

Message from Mohd Adib Noh


Related articles:

For more reading in English, please click here



Selasa, 12 Agustus 2008

TAKABBUR

PENGERTIAN TAKABBUR

Rasulullah SAW mendefinisikan “takabbur” sebagai sikap “menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”.

Pengertian itu Nabi sampaikan kepada orang yang mempertanyakan sikap seorang sahabat yang suka memakai baju dan sendal bagus.

“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Takabbur adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”. (HR. Muslim)

BAHAYA TAKABBUR

Takabbur sangat berbahaya bagi manusia. Ia merupakan kesalahan pertama yang dilakukan makhluk Allah (iblis) di dunia ini, yang menyebabkannya diusir dari surga. Pada kenyataannya takabbur itu menyebabkan hal-hal berikut ini :

a) Jauh dari kebenaran

“ Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku[QS. Al A’raaf (7):146]

b) Terkunci mati hatinya

“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” [QS. Al Mu’min (40):35]

c) Mengalami kegagalan dan kebinasaan

“..dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala[QS. Ibrahim (14):35]

d) Tidak disukai Allah.

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong” [QS. An Nahl (16): 23]

e) Tidak akan masuk sorga

“Tidak akan masuk sorga orang yang di hatinya ada sebiji sawi kesombongan” (HR. Muslim)

f) Akan menjadi penghuni neraka Jahannam

“ Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku(berdoa) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina” [QS. Al Mu’min (40): 60]

Ketika seseorang memiliki sifat sombong, maka ia akan tertutup dari akhlak mulia, antara lain :

1. Tidak mencintai sesama muslim sebagaimana ia mencintai diri sendiri.

2. Tidak akan pernah tawadhu’(rendah hati), karena selalu merasa lebih baik.

3. Tidak dapat meninggalkan rasa dendam, karena merasa mampu membalas pihak yang merugikannya.

4. Tidak dapat jujur, karena untuk menutupi kekurangan tidak jarang ia harus berdusta.

5. Tidak akan dapat mengendalikan marah, karena merasa mampu melampiaskannya

6. Tidak bisa melepaskan diri dari sifat hasad (iri)

7. Tidak dapat menasehati atau menerima nasehat dengan lembut dan halus

8. Selalu memandang rendah orang lain.

MACAM-MACAM TAKABBUR

a. Takabbur kepada Allah

Inilah bentuk takabbur terburuk, seperti yang pernah dilakukan oleh Namrud, Fir’aun dan sejenisnya.

Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab”.[QS. Al Mu’min (40):60]

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang", mereka menjawab: "Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman)”.[QS. Al Furqaan (25):60]

b. Takabbur kepada Rasul

Yaitu sikap tinggi hati, menolak mengikuti dan mematuhi Nabi, karena menganggapnya sebagai manusia biasa

“Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi”. [QS. Al Mu’minuun (23):34]

“Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka".[QS. Yaasiin (36):15].

Seperti yang dinyatakan kaum kafir Quraisy kepada Nabi : “Bagaimana kami bisa duduk di sisimu hai Muhammad, sementara yang ada di sekitarmu orang-orang faqir”.

c. Takabur atas sesama manusia

Yaitu membanggakan diri dan meremehkan orang lain. Sifat ini meskipun tidak seberat pertama dan kedua, namun tetap berbahaya karena :

- Kebesaran dan kehormatan hanya milik Allah, selainnya lemah dan terbatas.

- Ketika seseorang takabbur, ia merampas salah satu sifat kebesaran Allah.

PENYEBAB TAKABBUR

Pada umumnya orang yang sombong adalah orang yang memiliki kebanggaan diri, karena memiliki sifat,kemampuan atau prestasi lebih dari yang lain.

1. Ilmu

Takabbur karena ilmu sangat mudah terjadi, yaitu dengan munculnya perasaan lebih mulia dari orang lain. Atau merasa telah mendapatkan tempat mulia di sisi Allah dengan ilmunya

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. [QS. Al Mujaadilah (58):11]

Kesombongan karena ilmu ini mudah terjadi karena dua hal :

  1. Ilmu yang dipelajari bukan ilmu hakiki. Karena hakekat ilmu adalah yang mampu memperkenalkan manusia akan Rabb-nya, keadaan ketika bertemu Allah dan hijab yang menghalanginya dari Allah. Ilmu yang demikian akan melahirkan sikap tawadhu’(rendah hati) bukan takabbur. QS 35:28
  2. Keadaan hati yang kotor saat menuntut ilmu, sehingga salah niatnya dan jadilah takabbur dengan ilmu yang didapatnya.

2. Amal Ibadah

Orang yang masuk dalam kehidupan zuhud (konsentrasi dalam ibadah) tidak otomatis terbebas dari takabbur. Misalnya dengan zuhudnya itu, merasa lebih layak dikunjungi daripada mengunjungi. Lebih layak dibantu daripada membantu, menganggap orang lain sengsara di neraka dan merasa hanya dirinya yang selamat.:

“Jika kamu mendengar ada orang yang berkata : “Binasa semua manusia” maka dialah yang paling dahulu binasa.” (HR Muslim).

3. Hasab (kedudukan) dan Nasab (keturunan)

Orang yang berasal dari keluarga terhormat mudah meremehkan orang lain yang datang dari keluarga bukan terhormat, meskipun orang itu lebih baik ilmu dan amalnya, dan takabbur karena faktor ini sering kali menganggap orang lain sebagai budaknya, dan rasa keberatan untuk berbaur dengan mereka.

Dari Abu Dzarr ra berkata: Suatu hari pernah aku bersengketa dengan seseorang (Bilal) di hadapan Nabi. Lalu aku berkata kepada orang itu “Hai anak hitam”. Nabi segera memotong ucapanku: “Hai Abu Dzarr, tiada lebih baik orang putih dari yang hitam, kecuali dengan taqwa”. Mendengar itu saya berbaring dan mempersilahkan Bilal untuk menginjak-injak muka saya. (HR Ahmad).

4. Al Jamal (ketampanan/kecantikan)

Takabbur karena faktor ini lebih banyak terjadi di kalangan wanita, terwujud dalam celaan, atau gunjingan terhadap kekurangan pihak lain.

Aisyah ra berkata : Ada seorang wanita yang ingin bertemu Nabi, dan aku katakan kepada Nabi dengan isyarat tanganku yang menunjukkan bahwa wanita itu pendek. Sabda Nabi ketika itu :”Sesungguhnya kamu telah menggunjingnya”.

5. Al Maal (kekayaan)

Takabbur karena kekayaan ini banyak terjadi di kalangan pejabat, penguasa, pedagang, tuan tanah, dan mereka yang memilikinya. Orang yang merasa lebih kaya meremehkan orang yang dipandang kurang kaya dengan ucapan maupun sikap-sikap lainnya. Hal ini terjadi karena ketidak tahuannya akan fadhilah (keutamaan) orang miskin dan bahaya kekayaan. Seperti yang pernah terjadi pada pemilik dua kebun yang congkak dan akhirnya binasa [QS. Al Kahfi (18):34-42] atau Qarun yang akhirnya binasa bersama hartanya [QS. Al Qashash (28):79-81]

6. Al Quwwah (kekuatan)

Kekuatan dan kegagahan dapat memunculkan takabbur atas mereka yang lemah dan tidak berdaya.

7. Al Atba’ (pengikut/pendukung)

Banyaknya pengikut, pendukung, murid, keluarga, kerabat dan sebagainya sering memunculkan kesombongan pada orang yang memilikinya.

Secara umum, setiap nikmat yang bisa dianggap sebagai nilai lebih pada seseorang,berpotensi melahirkan benih takabbur pada seseorang.

TERAPI TAKABBUR

Takabbur adalah penyakit berbahaya yang bisa menyerang siapa saja. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ini harus dilakukan dengan serius. Pengobatan intensif terhadap pengidap penyakit ini harus dilakukan dengan cermat dan seksama. Terdapat dua tahapan utama untuk melakukan terapi penyakit takabbur, yaitu :

1. Pencabutan akar dan pohonnya dari hati

Untuk mencabut pohon takabbur beserta akar-akarnya diperlukan dua kekuatan, yaitu ilmu dan amal.

· Ilmu yang dibutuhkan dalam hal ini adalah ma’rifatunnafsi (mengenal diri sendiri) dan ma’rifatullah (mengenal Allah). Dua hal ini sudah cukup untuk mencabut akar takabbur dari hati manusia. Sebab jika seseorang sudah mengenali dirinya sendiri dengan pengenalan yang benar, maka ia akan sadar bahwa ia adalah makhluk hina, lebih lemah dari lainnya, lebih miskin dari siapapun juga. Tidak ada yang pantas baginya kecuali tawadhu’ kepada sesama. Dan jika ia mengenali Allah dengan sebenarnya maka akan diketahuinya bahwa tidak ada yang layak untuk takabbur kecuali Allah.

· Amal yang dibutuhkan adalah sikap tawadhu’ kepada sesama manusia karena Allah, dengan senantiasa meneladani akhlak orang-orang shalih sebelumnya seperti akhlak Rasulullah SAW yang makan di atas tanah mengatakan, ”Sesungguhnya aku adalah hamba biasa yang makannya seperti hamba lainnya”.

Tawadhu’ tidak cukup dengan ilmu, ia harus berupa amal. Untuk itulah rukun Islam setelah syahadat adalah menegakkan shalat karena dalam shalat itu terdapat banyak rahasia hidup dan yang terpenting adalah pembiasaan agar seorang muslim yang shalat dengan ruku’ dan sujudnya terbiasa tawadhu’ serta tidak lagi sombong.

Ada banyak hal yang dapat digunakan untuk menguji keberadaan takabbur pada diri seseorang, antara lain lima hal berikut :

a. Berdiskusi dengan sesama teman. Jika kebenaran muncul dari orang lain, bagaimanakah tanggapannya, keberatan atau menrima dengan senang.

b. Berkumpul dalam sebuah haflah (acara). Lalu ada orang lain yang lebih diprioritaskan, apakah sikapnya keberatan atau tidak.

c. Memenuhi undangan orang miskin. Pergi ke pasar membelikan sesuatu untuk orang lain atau tidak.

d. Membawa keperluan sendiri, keluarga, atau sahabat dari pasar atau tempat lainnya sampai rumah. Jika keberatan maka ada takabbur. Jika mau karena terpaksa maka itu kemalasan. Jika mau karena disaksikan banyak orang maka itu riya’.

e. Mengenakan pakaian yang sudah kusam.

Inilah beberapa kondisi berkumpulnya riya’ dan takabbur pada seseorang. Jika dalam keramaian maka riya’ ikut menjebak, jika dalam kesepian takabbur terus mengintai. Dengan mengenali keburukan kita kenali kebaikan. Dan dengan mengenali penyakit kita temukan obatnya.

2. Penghindaran dan pengendalian diri

Penyebab takabbur adalah prestasi yang pernah dicapai manusia. Ketidaksiapan dan ketidakmampuan menerima hasil dari penyebab tertentu berpotensi melahirkan sikap takabbur.

PERINGATAN DARI HIJRAH

Tahun baru Islam telah kita masuki dan kita peringati dengan berbagai aktivitas yang baik dan bermutu, mulai dari do’a akhir dan awal tahun, tabligh, muhasabah, diskusi dan seminar hingga bazzar dan pameran yang kesemua itu bermuara pada keinginan kita untuk menemukan kekurangan-kekurangan kita, baik sebagai pribadi, keluarga maupun masyarakat muslim lalu memperbaiki serta meningkatkan kualitas dan kuantitas kaum muslimini, apalagi ditengah-tengah momentum kebangkitan kaum muslimin sedunia, karenanya kita amat senang dan bersyukur ketika mendapat informai tentang betapa berkembang-pesatnya kaum muslimin di belahan dunia yang lain, salah satunya adalah muslim di Amerika Serikat yang diantara indikasi kemajuannya adalah semakin bertambah banyaknya masjid dengan Islamic centernya yang pada tahun 1990 berjumlah 600 buah, dan pada tahun 1996 lalu telah mencapai 1.250 buah (Republika, 17 Mei 1996).

Setelah kita memperingati peristiwa hijrah, ada banyak hikmah atau pelajaran yang bisa kita peroleh, hal itu merupakan sebuah peringatan bagi kita juga bahwa; apabila kita ingin sukses dalam mencapai kejayaan umat sebagaimana sukses yang telah diraih oleh Rasul dan para sahabat, maka kitapun harus melakukan hal-hal yang dilakukan oleh Rasul Saw dan para sahabatnya itu.

Sekurang-kurangnya ada enam peringatan atau pelajaran yang bisa kita dapatkan dari peristiwa hijrah Rasul Saw dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah.

1. Perencanaan Yang Matang.

Hijrah merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh Rasul dan para sahabat guna mendapatkan wilayah yang memungkinkan bagi tegaknya nilai-nilai Islam. Meskipun perjuangan Rasul kalau mendapatkan kesulitan akan memperoleh pertolongan dari Allah Swt, tetap saja Rasul Saw dalam perjuangannya tidak mengandalkan pertolongan Allah itu lalu beliau santai-santai saja, sama sekali tidak. Tapi beliau justeru membuat perencanaan yang matang tentang strategi perjalanan hijrah agar kendala-kendala bisa dicegah menjadi sedikit mungkin. Perencanaan yang matang itu misalnya dengan ditugaskannya Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidur Nabi guna mengecohkan porang-orang kafir yang hendak membunuh Nabi, perencanaan yang matang juga nampak dari tidak langsungnya Rasulullah berangkat ke Madinah, tapi beliau singgah dulu di gua Tsur selama 3 hari guna menyulitkan percarian terhadap Nabi yang dilakukan oleh orang-orang kafir, begitu juga dengan perintah kepada Umar bin Khattab guna mengalihkan opini terhadap orang-orang kafir tentang kepergian bai ke Madinah, bahkan jauh sebelumnya Rasul telah mengutus Mush’ab bin Umair untuk da’wah ke Madinah guna mendapatkan peluang wilayah hijrah bila tingkat permusuhan orang-orang kafir Quraisy semakin menjadi-jadi dan banyak lagi sisi-sisi perencanaan yang matang dalam kaitan hijrah.

Itu semua merupakan suatu isyarat dari Rasul Saw bahwa perjuangan harus dilakukan dengan perencanaan yang matang, bila tidak menjadi tidak jelas target apa yang harus dicapai dan apa saja aktivitas yang harus dilaksanakan.

2. Kerjasama Yang Baik.

Dalam hijrah amat nampak bagi kita bagaimana Rasul Saw dan para sahabatnya bahu membahu dan saling kerjasama yang baik. Rasul Saw telah membagi tugas yang sesuai dengan kondisi masing-masing sahabat dan para sahabat menjalankan amanah yang diberikan oleh Rasul Saw dengan sebaik-baiknya. Tak ada dikalangan para sahabat yang iri dengan sahabat yang lain. Semuanya diterima dan dilaksanakan dengan baik meskipunresikonya sangat besar. Misalkan saja, Ali ditugaskan oleh Rasul untuk tidur di tempat tidur beliau, ini merupakan tugas yang resikonya sangat tinggi bila dilaksanakan karena Rasulullah adalah orang yang sedang dalam anacaman pembunuhan dari orang kafir dan ketika orang-orang kafior menggerebekl kamar tidur Nabi dan yang mereka dapati hanya Ali lalu Ali ditanya tentang dimana Nabi berada; dengan keberanian yang hebat Ali menjawab tidak tahu --meskipun sebenarnya dia tahu-- dan Ali akhirnya harus mengalami siksaan dari orang-orang kafir. Umar bin Khattab juga mendapat tugas dengan resiko yang berat, yakni membentuk opini dengan mengatakan: “siapa yang ingin anaknya menjadi yatim dan isterinya menjadi janda, cegahlah aku, karena aku akan segera menyusul Nabi berangkat ke Madinah”. Ungkapan Umar ini membuat orang-orang kafir menjadi heran; kapan Muhammad pergi ke Madinah, padahal beliau masih di kota Makkah. Abu Bakar Ash Shiddik juga bertugas menjadi pendamping Rasul yang setia meskipun resikonya juga sangat besar, apalagi nabi mau dibunuh yang seandainya mereka tahu dimana Nabi bersumbunyi, tentu Abu Bakar juga akan dibunuh oleh mereka. Tapi Abu Bakar tetap menjadi pendamping Rasul dalam persembunyiannya di gua tsur selama tiga hari, bahkan anak-anaknya Abu Bakar juga memberikan dukungan penuh dalam kerjasama yang baik, mereka membawakan makanan dan memberikan informasi-informasi penting untuk Rasul dan Abu Bakar.

Itulah diantara contoh-contoh bagaimana Rasul dan para sahabatnya telah bekerjasama dengan baik dalam perjalanan hijrah itu. Ini juga menjadi isyarat bagi kita bahwa perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam di muka bumi ini tidak mungkin dilakukan oleh seorang diri, sehebat apapun kualitas orang itu, makanya diperlukan orang banyak dengan kualitas yang baik dalam perjuangan menegakkan Islam dan orang yang banyak itu harus bekerjasama sebagaimana bangunan yang saling kuat menguatkan dan lengkap melengkapi, inilah memang model perjuangan yang disenangi oleh Allah Swt sebagaimana firman-Nya di dalam Al-Qur’an yang artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (QS 61:4).

3. Pengorbanan Yang Besar.

Hijrah Nabi dan para sahabatnya ke Madinah juga memberikan contoh kepada kita betapa yang namanya perjuangan itu memang menuntut pengorbanan, baik pengorbanan harta, jiwa, tenaga, pikiran, waktu dan perasaan. Dengan perasaan yang berat, Nabi dan para sahabatnya harus ikhlas meninggalkan kampung halaman dan keluarga, Ali bin Abi Thalib dan Asma binti Abu Bakar hampir saja tewas karena menanggung derita penyiksaan yang dilakukan orang-orang kafir terhadap dirinya dengan sebab menjaga rahasia tempat persembunyian Nabi dan Abu Bakar di gua Tsur,

Abu Bakar sendiri berkorban dengan semua uang yang dimilikinya sebagai bekal dalam perjalanan jauh menuju Madinah, sementara sahabat-sahabat Nabi yang berada di Madinah dengan keikhlasan yang tiada terkira siap mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadi dan keluarga mereka guna menolong sahabat-sahabat dari Makkah dan itu pula sebabnya mengapa mereka disebut sebagai kelompok anshar yang artinya penolong.

Dengan pengorbanan yang besar itulah, perjuangan insya Allah akan mencapai hasil yang maksimal, sedang orang-orang yang berkorban dengan penuh keiskhlasan telah dijamin oleh Allah terhindar dari azab neraka yang pedih dan mereka akan dimasukkan ke dalam syurga. Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya (QS 61:10-11).

Di dalam ayat yang lain, Allah Swt menegaskan tentang jaminan syurga itu, Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka (QS 9:111).

4. Kesungguhan Yang Mantap.

Hijrah merupakan perjalanan yang jauh, mencekam dan sulit. Oleh karena itu hijrah harus dilaksanakan dengan niat yang ikhlas agar bisa bersungguh-sungguh, tanpa kesungguhan, tidaklah mungkin hijrah itu bisa terlaksana, kalau toh secara fisik seseorang berhasil sampai ke tujuan hijrah, tidak ada nilai pahala sedikitpun dari Allah Swt, itu pula sebabnya Rasulullah saw bersabda dalam hadits yang sangat kita kenal:

Sesungguhnya amal itu sangat tergantung pada niatnya dan yang teranggap bagi tiap orang apa yang ia niatkan. Maka siapa yang berhijrah semata-mata karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrah itu diteoleh Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrah karena karena keuntungan duniawi yang dikejarnya atau karena perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia niat hijrah kepadanya (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Persaudaraan Yang Indah.

Setelah Rasul dan para sahabatnya tiba di Madinah, sambutan luar biasa ternyata diperlihatkan oleh orang-orang Madinah, bahkan Rasul Saw sendiri sampai bingung harus tinggal dimana, bingung bukan karena tidak ada tempat untuk beliau, tapi bingung karena hampir semua orang Madinah menginginkan agar Rasul menetap di rumah mereka. Oleh karena itu Rasul saw menyatakan bahwa biarkan unta ini berhenti, dimana dia berhenti, disitulah saya akan menetap. Para sahabat yang lain juga diterima dengan senang hati untuk menetap di rumah kaum muslimin Madinah, bahkan ada diantara orang-orang Anshar itu yang membagi hartanya menjadi dua untuk diberikan kepada orang Muhajirin serta menyiapkan jodoh seorang wanita yang shalihah untuk diperisteri.

Persaudaraan yang indah itu diperkokoh lagi oleh Rasulullah dengan dibangunnya sebuah masjid yang kemudian diberi nama dengan masjid Nabawi, masjid yang difungsikan sebagai pusat pembinaan umat dan persaudaraan kaum muslimin merupakan sesuatu yang dibinanya.

Ini merupakan isyarat dari Rasul bahwa perjuangan yang berat dalam menegakkan ajaran Islam mesti ditopang dengan ukhuwah dikalangan kaum muslimin, bila tidak, meskipun potensi yang dimiliki oleh kaum muslimin sedemikian besar, tanpa ukhuwah akan membuat kaum muslimin menjadi tidak potensial sehingga mudah dipermainkan oleh orang-orang kafir.

6. Kebanggaan Sebagai Muslim.

Sambutan yang sedemikian hangat, persaudaraan yang sedemikian indah dan kokoh serta pembangunan kota Madinah yang berhasil dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya membuat kaum muslimin baik dari muhajirin maupun anshar semakin memiliki kebanggan sebagai muslim. Kebanggaan sebagai muslim ini merupakan modal yang sangat berarti bagi perjuangan selanjutnya dan ini memang betul-betul terjadi.

Maka dengan kemajuan yang dicapai oleh kaum muslimin membuat orang-orang kafir Quraisy iri dan dengki, merekapun akhirnya menyulut kembali api permusuhan dan dua tahun sesudah hijrah itulah meletus perang yang pertama antara kafir dengan muslim. Perang sebenarnya sudah dihindari oleh Nabi dengan hijrah ke Madinah, tapi kalau sudah hijrah mereka tatap saja menyerang, apa boleh buat; kalau musuh sudah menyerang tak pantas lagi kita lari. Dan peperanganpun dimenangkan oleh kaum muslimin.

Ini juga sebuah isyarat bagi kita bahwa kebanggan sebagai muslim itu memang sangat diperlukan agar seseorang bisa konsekuen sebagai seorang muslim, karena itu Allah memperingatkan kita agar tidak minder sebagai seorang muslim, Allah berfirman yang artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman (QS 3:139).

Inilah beberapa poin diantara hal-hal yang harus menjadi hasil dari peringatan tahun baru Islam dari tahun ke tahun. Selamat tahun baru, semoga perjalanan hidup kita selalu lebih baik dari waktu ke waktu.

Hijrah dan Pembangunan Masyarakat Islam

Allah berfirman, “Barang siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (An-Nisa: 100)
Sejarah demi sejarah telah kita lalui, banyak kisah yang telah terlewatkan, namun sedikit di antara kita yang menyadari, bahkan kadangkala tidak mengerti akan esensi yang terkandung dalam sejarah yang pernah dilalui, padahal Allah tidak menjadikan suatu peristiwa dengan sia-sia, namun ada dibalik itu ibrah (pelajaran) yang patut diambil dan diingat untuk dijadikan barometer terhadap kehidupan yang akan dijelang. “Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (Yusuf: 111)
Banyak sejarah dan peristiwa yang telah digoreskan oleh nabi Muhammad saw –panglima para nabi, penyeru kebaikan, pendobrak kebatilan dan pembawa rahmat ke segala penjuru alam- sejak nabi saw dilahirkan dari rahim ibunya hingga selesai menunaikan tugasnya sebagai utusan Allah dengan hasil; terbentuknya komunitas yang beriman kepada Allah, bebas dari kemusyrikan, kekufuran dan kemunafikan, komunitas yang selalu memberikan dan memelihara keamanan, kesejahteraan dan ketenteraman; baik sesama muslim ataupun terhadap non-muslim yang hidup di sekitar mereka.
Di antara goresan sejarah yang sangat monumental dalam perjalanan hidup Rasulullah saw adalah peristiwa hijrah Rasulullah saw dan sahabatnya dari kota Mekkah ke kota Madinah. Dalam peristiwa tersebut tampak sosok manusia yang begitu kokoh dalam memegang prinsip yang diyakini, tegar dalam mempertahankan aqidah, dan gigih dalam memperjuangkan kebenaran. Sehingga sejarah pun dengan bangga menorehkan tinta emasnya untuk mengenang sejarah tersebut agar dapat dijadikan tolok ukur dalam pembangunan masyarakat madani dan rabbani, tegak di atas kebaikan, tegas terhadap kekufuran dan lemah lembut terhadap sesama muslim.
Pengertian Hijrah
Para ahli bahasa berbeda pendapat dalam mengartikan kata “hijrah” namun kesemuanya berkesimpulan bahwa hijrah adalah menghindari/menjauhi diri dari sesuatu, baik dengan raga, lisan dan hati. Hijrah dengan raga berarti pindah dari suatu tempat menuju tempat lain, seperti firman Allah, “dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur mereka” (An-Nisa: 34), dan hijrah dengan lisan berarti menjauhi perkataan kotor dan keji, seperti firman Allah, “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik” (Muzammil: 10), sementara hijrah dengan hati berarti menjauhi sesuatu tanpa menampakkan perbuatan, seperti firman Allah, “Berkatalah Rasul: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan’ “. (Al-Furqan: 30). Dan bisa juga berarti dengan semuanya, seperti firman Allah, “dan perbuatan dosa, maka jauhilah” (Al-Muddatstsir: 5)
Adapun makna hijrah menurut Al-Qur’an memiliki beberapa pengertian, dimana kata hijrah disebutkan dalam Al-Qur’an lebih 28 kali di dalam berbagai bentuk dan makna; ada dalam bentuk kata kerja untuk masa lampau yaitu sebanyak 12 kali, atau kata kerja untuk masa sekarang dan akan datang yaitu sebanyak 3 kali, atau dalam bentuk perintah sebanyak 6 kali, masdar (kata keterangan) yaitu sebanyak 1 kali, ataupun dalam bentuk subyek, yaitu sebanyak 6 kali, baik dalam bentuk singular 1 kali atau plural umum 4 kali atau khusus wanita 1 kali.
Adapun makna hijrah itu sendiri seperti yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
  1. Hijrah berarti mencela sesuatu yang benar karena takabur, seperti firman Allah, “Dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur’an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji” (Al-Mu’minun: 67)
  2. Hijrah berarti pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain guna mencari keselamatan diri dan mempertahankan aqidah. Seperti firman Allah, “Barangsiapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak”. (An-Nisa: 100)
  3. Hijrah berarti pisah ranjang antara suami dan istri, seperti firman Allah, “Dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur mereka” (An-Nisa: 34)
  4. Hijrah berarti mengisolir diri, seperti ucapan ayahnya Nabi Ibrahim kepada beliau, “Dan tinggalkanlah aku dalam waktu yang lama”. (Maryam: 46)
Hakikat Hijrah
Dari makna hijrah di atas dan melihat perjalanan dakwah Rasulullah saw seperti yang terekam dalam ayat-ayat Al-Qur’an Al-Karim, dapat disimpulkan bahwa hakikat hijrah terbagi pada dua bagian:
1. Mensucikan diri
Hijrah dalam arti menjauhi kemaksiatan dan menyembah berhala, seperti dalam firman Allah, “Dan perbuatan dosa, maka jauhilah” (Muddatstsir: 5) dan firman-Nya, “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik” (Muzammil: 10)
Kedua ayat di atas turun di masa Rasulullah saw memulai dakwah, pada saat itu nabi saw diperintahkan oleh Allah untuk menjauhi diri dari perbuatan keji dan mungkar dan dari mengikuti perbuatan syirik dan dosa seperti yang dilakukan oleh orang musyrik di kota Mekkah saat itu. Sehingga dengan hijrah; hati, perkataan dan perbuatan menjadi bersih dari segala maksiat, dosa dan syirik.
Di samping itu Allah juga memerintahkan kepada Beliau untuk bersabar terhadap cacian, cercaan, makian, siksaan, intimidasi dan segala bentuk penolakan yang bersifat halus dan kasar, dan berusaha untuk menghindar dari mereka dengan cara yang baik.
Cara ini pula yang diterapkan oleh Rasulullah dalam berdakwah kepada para sahabatnya hingga pada akhirnya beliau berhasil mencetak generasi yang berjiwa bersih, berhati suci, bahkan membentuk generasi yang ideal, bersih dari kemusyrikan, kekufuran dan kemunafikan, kokoh dan tangguh, dan memiliki ikatan ukhuwah islamiyah yang erat. Padahal sebelumnya mereka tidak mengenal Islam bahkan phobi terhadapnya, namun setelah mengenal Islam dan hijrah ke dalamnya, justru menjadi pionir bagi tegaknya ajaran Islam. Kisah sang khalifah Umar bin Khathab ra, menarik untuk kita simak; beliau di masa awal dakwah sebelum memeluk Islam dikenal dengan julukan “penghulu para pelaku kejahatan”, namun setelah hijrah beliau menjadi pemimpin umat yang disegani, tawadhu dan suka menolong orang miskin, beliau menjadi tonggak bagi tegaknya ajaran Islam.
Begitupun dengan kisah Khalid bin Walid, Abu Sofyan dan sahabat yang lainnya, menjadi bukti kongkret akan perjalanan hijrah mereka dari kegelapan, kekufuran dan kemaksiatan menuju cahaya Allah. Karena itu pula Rasulullah saw pernah bersabda, “Sebaik-baik kalian di masa Jahiliyah, sebaik-baik kalian di masa Islam, jika mereka mau memahami”.
Hijrah secara umum artinya meninggalkan segala macam bentuk kemaksiatan dan kemungkaran, baik dalam perasaan (hati), perkataan dan perbuatan. Hijrah ini juga merupakan sunnah para nabi sebelum Rasulullah saw diutus, dimana Allah memerintahkan para utusannya untuk melakukan perbaikan diri terlebih dahulu, seperti nabi Ibrahim, di saat beliau mencari kebenaran hakiki dan menemukannya, beliau berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya saya akan pergi menuju Tuhan saya, karena Dialah yang akan memberi hidayah kepada saya”. Begitu pula dengan kisah nabi Luth saat beliau menyerukan iman kepada kaumnya, walaupun kaumnya mendustakannya, dan bahkan mengecam dan mengancam akan membunuhnya, namun beliau tetap dalam pendiriannya dan berkata, “Sesungguhnya saya telah berhijrah menuju Tuhan saya, sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa dan Bijaksana”. (Al-Ankabut: 26)
Hijrah ini sangatlah berat, karena di samping harus memiliki kesabaran, juga dituntut memiliki ketahanan ideologi dan keyakinan agar tidak mudah terbujuk rayuan dan godaan dari kenikmatan dunia yang fana, dan memiliki ketangguhan diri dan tidak mudah lentur saat mendapatkan cobaan dan siksaan yang setiap saat menghadangnya, berusaha membedakan diri walaupun mereka hidup di tengah-tengah mereka, karena ciri khas seorang muslim sejati “yakhtalitun walaakin yatamayyazun” (bercampur baur namun memiliki ciri khas tersendiri/tidak terkontaminasi).
Adapun urgensi dari hijrah ini sangatlah besar, dimana suatu komunitas tidak akan menjadi baik kalau setiap individu yang ada dalam komunitas tersebut telah rusak, namun sebaliknya; baiknya suatu komunitas bergantung kepada individu itu sendiri. Karena -dalam rangka membentuk komunitas yang bersih, taat kepada Allah dan syariat-syariat-Nya- pengkondisian sisi internal melalui pembersihan jiwa dan raga dari segala kotoran, baik hissi (bathin) dan zhahiri (tampak) merupakan hal yang sangat mendasar sekali sebelum melakukan perbaikan terhadap sisi external.
Demikianlah hendaknya yang harus kita pahami akan makna dan hakikat hijrah, dimana krisis multidimensi sudah begitu menggejala dalam tubuh umat Islam, dan diperparah dengan terkikisnya norma-norma Islam dalam tubuh mereka; perlu adanya pembenahan diri sedini mungkin, diawali dari diri sendiri, lalu setelah itu anggota keluarga, lingkungan sekitar dan masyarakat luas.
2. Pindah Dari Suatu Tempat Ke Tempat Yang Lain
Dalam ayat-ayat yang berkenaan tentang hijrah banyak kita temukan bahwa mayoritas dari pengertian hijrah adalah pindah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya, ataupun secara spesifik berarti pindah dari suatu tempat yang tidak memberikan jaminan akan perkembangan dan keberlangsungan dakwah Islam serta menjalankan syari’at Islam ke tempat yang memberikan keamanan, ketenangan dan kenyamanan dalam menjalankan syariat Islam tersebut.
Namun hijrah dalam artian pindah tempat tidak akan berjalan dan terealisir jika hijrah dalam artian yang pertama belum terwujud. Karena bagaimana mungkin seseorang atau kelompok sudi melakukan hijrah (pindah) dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh, meninggalkan keluarga, harta dan tempat tinggal ke tempat yang sama sekali belum dikenal, tidak ada sanak famili dan harta menjanjikan di sana kecuali dengan keimanan yang mantap dan keyakinan yang matang terhadap Allah.
Dengan berhasilnya hijrah yang pertama secara otomatis mereka pun siap melakukan hijrah yang kedua, yang mana tujuannya adalah mempertahankan akidah walaupun taruhannya adalah nyawa. Siap meninggalkan segala apa yang mereka miliki dan cintai, siap berpisah dengan keluarga dan sanak famili, bahkan siap meninggalkan tanah kelahiran mereka.
Salah satu contoh kongkret yang dapat dijadikan ibrah adalah hijrahnya Suhaib bin Sinan Ar-Rumi, seorang pemuda yang pada awalnya terkenal dengan lelaki yang ganteng dan rupawan, kaya raya, namun karena akidah yang sudah melekat di hatinya, beliau rela meninggalkan itu semua, karena orang kafir melarang beliau berhijrah jika hartanya ikut dibawa, akhirnya dengan berbekal seadanya beliau pun pergi melaksanakan hijrah, dan ketika Rasulullah saw mendengar kabar tersebut, beliau pun bersabda sambil memuji apa yang dilakukan Suhaib, “beruntunglah Suhaib, beruntunglah Suhaib!!”
Oleh karena beratnya perjalanan hijrah Allah memposisikannya sebagai jihad yang besar dan mensejajarkannya dengan iman yang kokoh. Kita bisa lihat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, Allah menyebutkan kedudukan hijrah ini dan ganjaran bagi mereka yang melakukan hijrah.
Kedudukan Hijrah
  1. Hijrah merupakan simbol akan iman yang hakiki (manifsetasi iman sejati), bahwa seorang yang berhijrah berarti telah mengikrarkan diri dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, sedangkan aplikasi dari keimanan tersebut adalah siap dan rela meninggalkan segala sesuatu yang akan terjadi seperti hijrah demi mempertahankan akidah yang diyakini. Karena hakikat iman itu sendiri adalah pengakuan melalui lisan, dibenarkan dalam hati dan diaplikasikan dalam perbuatan, sedangkan hijrah di sini merupakan salah satu dari wacana tersebut. (Al-Baqarah: 218) (Al-Anfal: 72,74) (Al-Ahzab: 6)
  2. Hijrah merupakan ujian dan cobaan, karena setiap orang yang hidup pasti akan mendapatkan suatu cobaan, terutama bagi orang yang beriman, sebesar apa keimanan seseorang maka sebesar itu pula cobaan, ujian dan fitnah yang akan dihadapi. Meninggalkan harta, keluarga, sanak famili dan tanah air merupakan cobaan yang sangat berat, apalagi tempat yang dituju masih mengambang, sangat tidak bisa dibayangkan akan kerasnya ujian dan cobaan yang dihadapi saat manusia sudah mengikrarkan diri sebagai hamba Allah. (16:110)
  3. Hijrah sama derajatnya dengan jihad, karena hijrah merupakan salah satu cara mempertahankan akidah dan kehormatan diri maka Allah SWT mensejajarkannya dengan jihad dijalan-Nya yang tentunya ganjarannya pun akan sama dengan jihad. (Al-Baqarah: 218), (Al-Anfal: 72,74)
Ganjaran Orang yang Berhijrah
Adapun ganjaran bagi orang yang melakukan hijrah karena Allah, maka bagi mereka ganjaran yang berlimpah dan tempat serta derajat yang tinggi di sisi Allah, hal ini bisa kita lihat dalam firman Allah yang berkenaan tentang ganjaran bagi orang berhijrah sebagai berikut:
  • Rezki yang berlimpah di dunia (An-Nisa: 100) (Al-Anfal: 79)
  • Kesalahan dihapus dan dosa diampuni (Ali Imran: 195)
  • Derajatnya ditinggikan oleh Allah (At-Taubah: 20)
  • Kemenangan yang besar (At-Taubah: 20, 100)
  • Tempat kembalinya adalah surga (At-Taubah: 20-22)
  • Mendapatkan ridha dari Allah (At-Taubah: 100)
Kalau kita lihat dari kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada mereka yang mau mengorbankan diri dalam mempertahankan keimanan, mungkin tidak sebanding, karena begitu banyaknya kenikmatan yang diberikan, kenikmatan di dunia; berupa rezki yang berlimpah, kelapangan tempat tinggal, dan kenikmatan akhirat; dosa-dosa diampuni, derajat yang tinggi di sisi Allah, dan mendapatkan kemenangan yang besar serta surga yang luasnya seluas antara langit dan bumi sebagai tempat kembali yang kekal, namun yang lebih utama dari semua janji tersebut adalah mendapatkan ridha dari Allah, sehingga dengan ridha Allah dimana dan ke manapun orang yang diridhai itu berada dan pergi maka Allah akan selalu berada di sisinya, kehidupannya akan terjamin, dan yang lebih utama mendapat kenikmatan yang besar yaitu dapat melihat Allah di akhirat kelak.
Apakah relevan melakukan hijrah pada saat ini?
Melihat kenyataan yang ada memang hijrah pada saat ini masih sangat relevan untuk diterapkan terutama yang berkaitan dengan hijrah nafsiyah (individu) dengan berusaha menjauhkan diri dari melakukan perbuatan yang menyimpang dan berusaha memperbaiki diri untuk bersih dari segala perbuatan kotor, sehingga hati, jiwa dan raga serta segala perbuatan menjadi suci. Dan setelah itu berusaha menghijrahkan keluarga, kerabat, lingkungan dan masyarakat yang ada di sekitarnya (terdekat), hingga pada akhirnya membentuk komunitas yang siap melakukan hijrah. “Barang siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barang siapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Wallahu a’lam Bish-Shawab

Translate to Arabic Translate to Bahasa Indonesia Translate to Bulgarian Translate to Simplified Chinese Translate to Croatian Translate to English Translate to Czech Translate to Danish TTranslate to Dutch Translate to Finnish Translate to French Translate to German Translate to Greek Translate to Hindi Translate to Italian Translate to Japanese Translate to Korean Translate to Norwegian Translate to Polish Translate to Portuguese Translate to Romanian Translate to Russian Translate to Spanish Translate to Swedish Translate to Slovak Translate to Serbian Translate to Thai Translate to Turkey Translate to Filipino Translate to Filipino