This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Bersama Dr. KH. Moh. Hamdan Rasyid, MA, Kepala Bidang Takmir Mesjid Raya Jakarta Islamic Centre Jakarta, "Dakwah itu kewajiban kita, lakukan yang terbaik untuk umat ! semoga Allah selalu merahmatimu...

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.


Jumat, 17 April 2009

EGO MANUSIA, RAJA NAMRUD, DAN NYAMUK

Bismillah hirRohman nirRohim.
Allah telah menciptakan manusia dengan segala kelemahannya. Fitrah kita, keaslian kita sebenarnya adalah lemah. Tak ada definisi penamaan ‘akbar’ kecuali hanya pada Allah swt. Memangnya apa jabatan tertinggi di dunia? Presiden? Raja? atau Sultan? Satu penyakit datang kepada mereka, mereka tidak akan berdaya. Apapun yang mereka miliki untuk kesehatannya, itu tidak akan berarti.

Jadi situasi yang harus kita mengerti adalah bahwa sesungguhnya kita lemah. Tak seorang pun yang telah dikaruniai sesuatu seperti yang diberikan Allah swt kepada Sayyidina Muhammad saw. Sayyidina Muhammad saw telah diberikan ilmu mengenai awal dan akhir, akmul awwalun wal aakhiruun. Beliau telah diberi sesuatu yang tidak pernah diberikan kepada orang lain.

Allah berfirman dalam al-Quran yang suci, Bismillaahir rahmaanir rahiim, "Innaa a’thaynaakal kawtsar“ Kami telah memberimu banyak.” Kawtsar tidak hanya berarti sebuah sungai di Surga, tetapi juga merupakan pengetahuan yang tak terhingga (infinitif) yang telah diberikan kepada Rasulullah saw. Dan Allah berfirman, Bismillaahir rahmaanir rahiim, "Alam nasy-rah laka shadrak." Bukankan Kami telah membuat hatimu gembira Wa wadha’naa ‘anka wizrak, Kami ambil semua dosamu, Warafa’naa laka dzikrak, Kami telah meninggikan ingatan terhadapmu, Kami membuat semua orang memujimu, dan mengangkatmu ke derajat yang paling tinggi.

Dengan segala kebesaran yang Allah berikan kepada Sayyidina Muhammad sallallahu alaihi wassalam, beliau masih berkata, “Ya Rabbi, Aku adalah ‘abdun aziiz, Aku adalah hamba yang lemah.” Adakah seseorang yang telah diberikan karunia seperti Rasulullah sallallahu alaihi wasalam? Jika Rasulullah saw berkata bahwa beliau adalah hamba yang lemah, lalu kita harus bilang apa?

Dapatah Saya berkata, “Aku adalah Kaisar?” Dapatkah Saya berkata, “Aku adalah Doktor?” Dapatkah Saya berkata, “Aku seorang Pengusaha?” Itu semua bukan apa-apa. Sebab jika Allah berkeinginan untuk mencabut semuanya, maka dalam satu detik kita sudah bukan siapa-siapa lagi!

Kita adalah lemah. Berdirilah di luar, di tepi jalan dan pandanglah langit. Kita melihat bintang-bintang di sana, bayangkan diri kita, betapa kecilnya kita dibandingkan dengan bintang-bintang itu. Bintang itu bisa lebih besar dari apa yang kita bayangkan dalam pikiran kita, karena ketika kita melihat mereka, jika mereka tidak begitu besar maka kita tidak dapat melihatnya. Mereka berada jutaan tahun cahaya dari kita dan kita dapat melihat mereka. Jadi seberapa lemah diri kita? Tetap saja kita merasa bangga dengan diri kita sendiri, kita begitu arogan.

Tak ada orang yang dapat berbicara dengan kita. Tak ada yang boleh memberi kita nasihat. Kita tidak mau menerima apa pun dari orang lain, kita keras kepala. Kita berpikir bahwa pikiran kita adalah yang terbaik, berapa banyak kita di ruangan ini? Setiap orang berpikir bahwa dirinya memiliki pikiran terbaik. Tidak mau menerima nasihat dari orang lain, bahkan seorang anak kecil pun berpikir bahwa pikiran dia lebih baik daripada orang lain.

Ketika Allah berkata kepada surga dan bumi, langit dan gunung, “Bawalah amanat-Ku!” Mereka menolak, “Ya Rabbi, kami tidak sanggup.” Allah berfirman dalam al-Quran yang suci, Bismillaahir rahmaanir rahiim, "Innaa ‘aradhnaal amaanata ‘alaas samaawaati wal ardhi wal jibaali fa a-bayna ay-yahmilnahaa wa asyfaqna minha wa hamalahaal insaanu innahu kaana zhaluuman jahuulaa." (Q. S. 33:72). “Kami telah mengemukakan amanat Kami kepada langit, bumi dan gunung-gunung, mereka berkata, “Ya Rabbi, kami tidak sanggup, beban ini terlalu berat.” Tetapi manusia yang bodoh ini, dia menzhalimi dirinya sendiri dan berkata, "Tidak, aku dapat membawanya.” Dia begitu gembira dengan amanat itu, “Aku punya pikiran, aku punya akal yang besar, aku Fir’aun, aku Namrud, aku akan membawanya.

Namrud telah diberikan segala sesuatu di duni ini, dia menjadi begitu arogan dan bangga terhadap dirinya sendiri dan dia berkata, “Aku akan membunuh Tuhan yang ada di Surga.” Dia lalu membangun sebuah bangunan yang sangat besar dan dia pergi ke puncaknya lalu mengambil busur dan panah dan menembakkannya ke langit. Allah mengirim malaikat dalam wujud burung dan panah itu mengenainya dan menjadi berdarah. Ketika panah itu turun kembali ke bumi dan Namrud melihat darah itu, dia lalu berkata, “Oh, sekarang Akulah segalanya. Aku telah membunuh Tuhan di Surga.”

Dia menjadi sangat sombong, sangat bangga akan dirinya seperti sekarang di mana banyak terdapat Namrud di antara manusia, baik pria maupun wanita. Mereka berpikir bahwa mereka dapat memperoleh segala kekuasaan yang mereka inginkan. Mereka menghancurkan seluruh negri hanya untuk manfaat dan keuntungan mereka dan mereka tidak peduli. Asalkan mereka tetap duduk di kursi, mereka tidak peduli bila seluruh negri terbakar. Hal ini disebabkan oleh apa? Karena Setan membuat mereka sombong. Mereka mewarisi karakter dan perilaku setan.

Jadi apa yang Allah lakukan? Dia mengirim makhluk yang paling lemah, lemah, lemah, lemah, lemah, yaitu seekor nyamuk kepada Namrud. Untuk menunjukkan kepadanya bahwa makhluk terlemah pun lebih kuat daripada dirinya. Untuk menunjukkan bahwa Namrud lebih lemah daripada yang terlemah. Nyamuk itu memasuki lubang hidungnya dan mulai memakan otaknya, makan, makan, dan makan!

Nyamuk mulai menimbulkan migren dan bengkak di kepalanya sehingga Namrud tidak bisa beristirahat tanpa terlebih dahulu kepalanya dipukuli oleh para pelayannya. Nyeri yang ditimbulkan karena gigitan nyamuk di otaknya itu lebih hebat dari apa pun yang bisa dibayangkannya dan tidak ada jalan baginya untuk memperoleh sedikit ketenangan kecuali dengan cara dipukuli kepalanya. Dan mereka memukulinya agar dia melupakan nyeri yang ditimbulkan oleh nyamuk yang memakan otaknya.

Karena kita Muslim, Allah menyayangi kita. Karena sebenarnya perilaku dan karakter kita pun serupa dengan Namrud. Jika kita bukan Muslim, niscaya Allah pun akan mengirimkan seekor nyamuk untuk memakan otak kita. Jadi ketika nyamuk tadi selesai memakan otaknya, bagian depan kepala Namrud terbuka dan keluarlah seekor binatang yang besar dari dalam kepalanya. Dan dia pun tewas.

Kita berada di akhir zaman dari dunia ini. Karena orang mulai meniru Namrud dan mereka tidak sadar bahwa mereka lemah, maka Allah mengirim mereka binatang yang paling lemah, lemah, dan lemah, makhluk yang sekarang disebut dengan nyamuk Nil (Nile mosquito). Nyamuk Nil ini sekarang tersebar di banyak negara di seluruh dunia, membunuh pria, wanita dan anak-anak. Dan sekarang dia telah mencapai Amerika dan banyak orang yang telah tewas karenanya.

Sebelum kita mengenal nyamuk ini, Maulana Syaikh Nazhim (semoga Allah mensucikan jiwanya) pernah mengatakan bahwa Allah akan segera mengirim sesuatu untuk membersihkan kontaminasi yang terjadi di kalangan ummat manusia. Allah ingin membersihkan mereka dengan penyakit tersebut dan itulah yang kita saksikan sekarang.

Saintis tidak mengetahui darimana nyamuk itu berasal, tetapi Awliya tahu dari mana dia datang. Allah menciptakan nyamuk itu dari perilaku dan karakter buruk manusia. Sebagaimana yang kita bicarakan tadi pagi bahwa di alam kubur Allah menciptakan binatang buas dari bau yang ditimbulkan gunjingan untuk menyerang tubuh yang terbaring di sana, dalam kubur, untuk menyiksa, membersihkan dan memberinya pelajaran agar tidak menggunjing. Allah juga menciptakan nyamuk itu untuk datang dan menyerang. Segera setelah para Awliya menarik tangan mereka, berhenti berdo’a, nyamuk itu yang tercipta dari amal buruk, dalam jumlah jutaan akan menghancurkan banyak manusia di seluruh dunia.

Dari rahmat yang Allah curahkan kepada Sayyidina Muhammad saw, di mana Allah berfirman, "Kami telah mengutusmu sebagai rahmat bagi seluruh manusia.” Dari rahasia tersebut para Awliya mewarisi rahmat itu, dan dengan do’anya mereka akan menghentikan serangan nyamuk di seluruh dunia. Sebagaimana Allah menghancurkan Abraha yang menyerang Ka’abah. Allah menerangkan dalam al-Quran yang suci, Bismillaahir rahmaanir rahiim, "Alam tara kayfa fa’ala rabbuka bi-ash-haabi-l-fiil," Allah mengirim burung yang di mulutnya terdapat - mereka menyebutnya batu yang sangat kecil, sebenarnya itu bukanlah batu, melainkan salah satu unsur dari Surga yang sangat kecil (yang tidak terdapat di bumi). Segera setelah burung itu melemparkan batu-batu tadi, dia menghasilkan ledakan yang dahsyat, menghancurkan sejumlah orang.

Begitu pula sekarang jika para Awliya menarik tangannya, kontaminasi itu akan terjadi di mana-mana, dan orang akan menderita. Tak seorang pun yang bisa membayangkan apa yang dilakukan oleh para Awliya untuk kemanusiaan. Kita melihat Wali duduk bersama kita, makan, minum, karena itu adalah sunnatullah, itu adalah jalan hidup yang harus dilakukannya menyangkut jasmaninya sebagai orang yang normal seperti orang lain, tetapi dalam hal spiritualitasnya, sungguh sangat berbeda. Apa yang dilakukan oleh para Awliya dengan seizin Rasulullah saw terhadap diri kita, tidak dapat kita bayangkan.

Akan datang suatu masa di mana para Awliya akan berhenti memberi dukungan seperti yang mereka lakukan sekarang dan mereka akan membiarkan segalanya berjalan sendiri, dan pada saat yang bersamaan kita akan melihat banyak kebingungan di suluruh dunia karena akan ada suatu pengantar bagi munculnya Sayyidina Mahdi alaihi salam.

Jika kita melihat sesuatu dari Wali yang tidak kita pahami, jangan memprotesnya, karena jika kita memprotesnya kita akan menjadi orang-orang yang kalah. Jangan seimbangkan tindakan para Wali menurut pikiran kita. Seorang Wali tidak seperti para ulama atau pengajar biasa. Jangan katakan, “Mengapa dia melakukan ini atau itu?” Ada hikmah dalam setiap gerakan yang dia lakukan bahkan ketika dia menggerakkan jarinya dari satu sisi ke sisi lain, minimal ada 12.000 hikmah dari peritiwa itu.

Awliya Allah tersembunyi. Apa maksudnya? Maksudnya adalah bahwa mereka menyembunyikan diri mereka agar tidak terlihat berbeda dengan orang-orang normal lainnya, tetapi pada kenyataannya, sebagaimana yang Allah swt gambarkan, mereka berbeda di sisi Allah.

Wa min Allah at Tawfiq

Wassalam, arief hamdani
www.mevlanasufi.blogspot.com
HP. 0816 830 748

Jumat, 03 April 2009

TENTANG BASMALAH

Tafsir Basmalah
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata: “Tafsirnya adalah: Sesungguhnya seorang insan meminta tolong dengan perantara semua Nama Allah. Kami katakan: yang dimaksud adalah setiap nama yang Allah punyai. Kami menyimpulkan hal itu dari ungkapan isim (nama) yang berbentuk mufrad (tunggal) dan mudhaf (disandarkan) maka bermakna umum. Seorang yang membaca basmalah bertawassul kepada Allah ta’ala dengan menyebutkan sifat rahmah. Karena sifat rahmah akan membantu insan untuk melakukan amalnya. Dan orang yang membaca basmalah ingin meminta tolong dengan perantara nama-nama Allah untuk memudahkan amal-amalnya.” (Shifatush Shalah, hal. 64).

Kitabullah Diawali Basmalah
Penulisan Al-Qur’an diawali dengan basmalah. Hal itu telah ditegaskan tidak hanya oleh seorang ulama, di antara mereka adalah Al Qurthuby yarhamuhullah di dalam tafsirnya. Beliau menyebutkan bahwa para sahabat radhiyallahu ‘anhum telah sepakat menjadikan basmalah tertulis sebagai ayat permulaan dalam Al-Qur’an, inilah kesepakatan mereka yang menjadi permanen -semoga Allah meridhai mereka- dan Al Hafizh Ibnu Hajar yarhamuhullah pun menyebutkan pernyataan serupa di dalam Fathul Baari (Ad Dalaa’il Wal Isyaaraat ‘ala Kasyfi Syubuhaat, hal. 9).

Teladan Nabi
Rasulullah SAW apabila menulis surat memulai dengan bismillaahirrahmaanirrahiim (lihat Shahih Bukhari 4/402 Kitabul Jihad Bab Du’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ilal Islam wa Nubuwah wa ‘an laa Yattakhidza Ba’dhuhum Ba’dhan Arbaaban min duunillaah wa Qauluhu ta’ala Maa kaana libasyarin ‘an yu’tiyahullaahu ‘ilman ila akhiril ayah, Fathul Bari 6/109 lihatlah perincian tentang hal ini di dalam Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad karya Ibnul Qayyim 3/688-696, beliau menceritakan surat menyurat Nabi kepada para raja dan lain sebagainya (Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat Syaikh Shalih Al-Fauzan, hal. 17). Di dalam Kitab Bad’ul Wahyi Imam Bukhari menyebutkan hadits: “Bismillahirrahmaanirrahiim min Muhammadin ‘Abdillah wa Rasuulihi ila Hiraqla ‘Azhiimir Ruum…” (Shahih Bukhari no. 7, Shahih Muslim no. 1773 dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, lihat Hushuulul Ma’muul, hal. 9, lihat juga Ad Dalaa’il Wal Isyaaraat ‘ala Kasyfi Syubuhaat, hal. 9).

Hadits Tentang Keutamaan Basmalah
Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan berkata: “Adapun hadits-hadits qauliyah tentang masalah basmalah, seperti hadits, ‘Kullu amrin dzii baalin laa yubda’u fiihi bibismillaahi fahuwa abtar.’ hadits-hadits tersebut adalah hadits yang dilemahkan oleh para ulama.” Hadits ini dikeluarkan oleh Al Khathib dalam Al Jami’ (2/69,70), As Subki dalam Thabaqaat Syafi’iyah Al Kubra, muqaddimah hal. 12 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, tetapi hadits itu adalah hadits dha’ifun jiddan (sangat lemah) karena ia merupakan salah satu riwayat Ahmad bin Muhammad bin Imran yang dikenal dengan panggilan Ibnul Jundi. Al Khathib berkata di dalam Tarikh-nya (5/77): ‘Orang ini dilemahkan riwayat-riwayatnya dan ada celaan pada madzhabnya.’ Maksudnya: karena ia cenderung pada ajaran Syi’ah. Ibnu ‘Iraq berkata di dalam Tanziihusy Syari’ah Al Marfuu’ah (1/33): ‘Dia adalah pengikut Syi’ah. Ibnul Jauzi menuduhnya telah memalsukan hadits.’ Hadits ini pun telah dinyatakan lemah oleh Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah sebagaimana dinukil dalam Futuhaat Rabbaniyah (3/290) silakan periksa Hushuulul Ma’muul, hal. 9).

Adapun hadits:
‘Kullu amrin laa yubda’u fiihi bibismillaahiirahmaanirrahiim fahuwa ajdzam’ adalah hadits dha’if, didha’ifkan Syaikh Al Albani dalam Dha’iful Jaami’ 4217 (lihat catatan kaki Tafsir Al-Qur’an Al ‘Azhim tahqiq Hani Al Hajj, 1/24).

Hikmah Memulai dengan Basmalah

Hikmah yang tersimpan dalam mengawali perbuatan dengan bismillahirrahmaanirraahiim adalah demi mencari barakah dengan membacanya. Karena ucapan ini adalah kalimat yang berbarakah, sehingga apabila disebutkan di permulaan kitab atau di awal risalah maka hal itu akan membuahkan barakah baginya. Selain itu di dalamnya juga terdapat permohonan pertolongan kepada Allah ta’ala (lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat Syaikh Shalih Al-Fauzan, hal. 17). Selain itu basmalah termasuk pujian dan dzikir yang paling mulia (lihat Taudhihaat Al Kasdalamyifaat, hal. 48).

Apakah Basmalah Termasuk Al Fatihah?

Syaikh Al ‘Utsaimin berkata: “Dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama. Ada di antara mereka yang berpendapat ia adalah termasuk ayat dari Al Fatihah dan dibaca dengan keras dalam shalat jahriyah (dibaca keras oleh imam) dan mereka berpandangan tidak sah orang yang shalat tanpa membaca basmalah karena ia termasuk surat Al Fatihah. Dan ada pula di antara mereka yang berpendapat bahwa ia bukan bagian dari Al Fatihah namun sebuah ayat tersendiri di dalam Kitabullah. Pendapat inilah yang benar. Dalilnya adalah nash serta konteks isi surat tersebut.” Kemudian beliau merinci alasan beliau (lihat Tafsir Juz ‘Amma, hal. 9 cet Darul Kutub ‘Ilmiyah).

Sahkah Shalat Tanpa Membaca Basmalah?

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar mengawali shalat dengan membaca Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin (Muttafaqun ‘alaihi). Muslim menambahkan: Mereka semua tidak membaca bismillaahirrahmaanirrahiim di awal bacaan maupun di akhirnya. Sedangkan dalam riwayat Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah Anas berkata: Mereka semua tidak mengeraskan bacaan bismillaahirrahmaanirrahiim. Di dalam riwayat lainnya dalam Shahih Ibnu Khuzaimah dengan kata-kata: Mereka semua membacanya dengan sirr (pelan)

Diantara faidah yang bisa dipetik dari hadits di atas adalah:
  1. Tata cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khulafa’ur rasyidin membuka bacaan shalat dengan alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.
  2. Hadits ini menunjukkan bahwa basmalah bukan termasuk bagian awal dari surat Al Fatihah. Oleh sebab itu tidak wajib membacanya beriringan dengan surat ini. Akan tetapi hukum membacanya hanyalah sunnah sebagai pemisah antara surat-surat, meskipun dalam hal ini memang ada perselisihan pendapat ulama.
Para imam yang empat berbeda pendapat tentang hukum membaca basmalah:
  1. Imam Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad berpendapat bacaan itu disyari’atkan di dalam shalat.
  2. Imam Malik berpendapat bacaan itu tidak disyari’atkan untuk dibaca dalam shalat wajib, baik dengan pelan maupun keras.
Kemudian Imam yang tiga (Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad) berselisih tentang hukum membacanya:
  1. Imam Abu Hanifah dan Ahmad berpendapat membacanya adalah sunnah bukan wajib karena basmalah bukan bagian dari Al Fatihah.
  2. Imam Syafi’i berpendapat membacanya adalah wajib.
    (lihat Taudhihul Ahkaam, 1/413-414 cet. Dar Ibnul Haitsam)
Menjahrkan Basmalah dalam Shalat Jahriyah
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin ditanya: Apakah hukum menjahrkan (mengeraskan bacaan) basmalah? Beliau menjawab: “Pendapat yang lebih kuat adalah mengeraskan bacaan basmalah itu tidak semestinya dilakukan dan yang sunnah adalah melirihkannya karena ia bukan bagian dari surat Al Fatihah. Akan tetapi jika ada orang yang terkadang membacanya dengan keras maka tidak mengapa. Bahkan sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa hendaknya memang dikeraskan kadang-kadang sebab adanya riwayat yang menceritakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengeraskannya (HR. Nasa’i di dalam Al Iftitah Bab Qiro’atu bismillahirrahmaanirrahiim (904), Ibnu Hibban 1788, Ibnu Khuzaimah 499, Daruquthni 1/305, Baihaqi 2/46,58).

Akan tetapi hadits yang jelas terbukti keabsahannya menerangkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa tidak mengeraskannya (berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Aku pernah shalat menjadi makmum di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di belakang Abu Bakar, di belakang Umar dan tidak ada seorang pun di antara mereka yang memperdengarkan bacaan bismillahirrahmanirrahiim (HR. Muslim dalam kitab Shalat Bab Hujjatu man Qoola la yajharu bil basmalah (399)) Akan tetapi apabila seandainya ada seseorang yang menjahrkannya dalam rangka melunakkan hati suatu kaum yang berpendapat jahr saya berharap hal itu tidak mengapa.” (Fatawa Arkanil Islam, hal. 316-317)

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Bassaam mengatakan: “Syaikhul Islam mengatakan: Terus menerus mengeraskan bacaan (basmalah) adalah bid’ah dan bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan hadits-hadits yang menegaskan cara keras dalam membacanya semuanya adalah palsu.” (Taudhihul Ahkaam, 1/414) Imam Ibnu Katsir mengatakan : “…para ulama sepakat menyatakan sah orang yang mengeraskan bacaan basmalah maupun yang melirihkannya…” (Tafsir Al-Qur’an Al ‘Azhim, 1/22).
***
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id

Translate to Arabic Translate to Bahasa Indonesia Translate to Bulgarian Translate to Simplified Chinese Translate to Croatian Translate to English Translate to Czech Translate to Danish TTranslate to Dutch Translate to Finnish Translate to French Translate to German Translate to Greek Translate to Hindi Translate to Italian Translate to Japanese Translate to Korean Translate to Norwegian Translate to Polish Translate to Portuguese Translate to Romanian Translate to Russian Translate to Spanish Translate to Swedish Translate to Slovak Translate to Serbian Translate to Thai Translate to Turkey Translate to Filipino Translate to Filipino