Selasa, 12 Agustus 2008

TAKABBUR

PENGERTIAN TAKABBUR

Rasulullah SAW mendefinisikan “takabbur” sebagai sikap “menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”.

Pengertian itu Nabi sampaikan kepada orang yang mempertanyakan sikap seorang sahabat yang suka memakai baju dan sendal bagus.

“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Takabbur adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”. (HR. Muslim)

BAHAYA TAKABBUR

Takabbur sangat berbahaya bagi manusia. Ia merupakan kesalahan pertama yang dilakukan makhluk Allah (iblis) di dunia ini, yang menyebabkannya diusir dari surga. Pada kenyataannya takabbur itu menyebabkan hal-hal berikut ini :

a) Jauh dari kebenaran

“ Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku[QS. Al A’raaf (7):146]

b) Terkunci mati hatinya

“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” [QS. Al Mu’min (40):35]

c) Mengalami kegagalan dan kebinasaan

“..dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala[QS. Ibrahim (14):35]

d) Tidak disukai Allah.

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong” [QS. An Nahl (16): 23]

e) Tidak akan masuk sorga

“Tidak akan masuk sorga orang yang di hatinya ada sebiji sawi kesombongan” (HR. Muslim)

f) Akan menjadi penghuni neraka Jahannam

“ Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku(berdoa) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina” [QS. Al Mu’min (40): 60]

Ketika seseorang memiliki sifat sombong, maka ia akan tertutup dari akhlak mulia, antara lain :

1. Tidak mencintai sesama muslim sebagaimana ia mencintai diri sendiri.

2. Tidak akan pernah tawadhu’(rendah hati), karena selalu merasa lebih baik.

3. Tidak dapat meninggalkan rasa dendam, karena merasa mampu membalas pihak yang merugikannya.

4. Tidak dapat jujur, karena untuk menutupi kekurangan tidak jarang ia harus berdusta.

5. Tidak akan dapat mengendalikan marah, karena merasa mampu melampiaskannya

6. Tidak bisa melepaskan diri dari sifat hasad (iri)

7. Tidak dapat menasehati atau menerima nasehat dengan lembut dan halus

8. Selalu memandang rendah orang lain.

MACAM-MACAM TAKABBUR

a. Takabbur kepada Allah

Inilah bentuk takabbur terburuk, seperti yang pernah dilakukan oleh Namrud, Fir’aun dan sejenisnya.

Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab”.[QS. Al Mu’min (40):60]

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang", mereka menjawab: "Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman)”.[QS. Al Furqaan (25):60]

b. Takabbur kepada Rasul

Yaitu sikap tinggi hati, menolak mengikuti dan mematuhi Nabi, karena menganggapnya sebagai manusia biasa

“Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi”. [QS. Al Mu’minuun (23):34]

“Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka".[QS. Yaasiin (36):15].

Seperti yang dinyatakan kaum kafir Quraisy kepada Nabi : “Bagaimana kami bisa duduk di sisimu hai Muhammad, sementara yang ada di sekitarmu orang-orang faqir”.

c. Takabur atas sesama manusia

Yaitu membanggakan diri dan meremehkan orang lain. Sifat ini meskipun tidak seberat pertama dan kedua, namun tetap berbahaya karena :

- Kebesaran dan kehormatan hanya milik Allah, selainnya lemah dan terbatas.

- Ketika seseorang takabbur, ia merampas salah satu sifat kebesaran Allah.

PENYEBAB TAKABBUR

Pada umumnya orang yang sombong adalah orang yang memiliki kebanggaan diri, karena memiliki sifat,kemampuan atau prestasi lebih dari yang lain.

1. Ilmu

Takabbur karena ilmu sangat mudah terjadi, yaitu dengan munculnya perasaan lebih mulia dari orang lain. Atau merasa telah mendapatkan tempat mulia di sisi Allah dengan ilmunya

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. [QS. Al Mujaadilah (58):11]

Kesombongan karena ilmu ini mudah terjadi karena dua hal :

  1. Ilmu yang dipelajari bukan ilmu hakiki. Karena hakekat ilmu adalah yang mampu memperkenalkan manusia akan Rabb-nya, keadaan ketika bertemu Allah dan hijab yang menghalanginya dari Allah. Ilmu yang demikian akan melahirkan sikap tawadhu’(rendah hati) bukan takabbur. QS 35:28
  2. Keadaan hati yang kotor saat menuntut ilmu, sehingga salah niatnya dan jadilah takabbur dengan ilmu yang didapatnya.

2. Amal Ibadah

Orang yang masuk dalam kehidupan zuhud (konsentrasi dalam ibadah) tidak otomatis terbebas dari takabbur. Misalnya dengan zuhudnya itu, merasa lebih layak dikunjungi daripada mengunjungi. Lebih layak dibantu daripada membantu, menganggap orang lain sengsara di neraka dan merasa hanya dirinya yang selamat.:

“Jika kamu mendengar ada orang yang berkata : “Binasa semua manusia” maka dialah yang paling dahulu binasa.” (HR Muslim).

3. Hasab (kedudukan) dan Nasab (keturunan)

Orang yang berasal dari keluarga terhormat mudah meremehkan orang lain yang datang dari keluarga bukan terhormat, meskipun orang itu lebih baik ilmu dan amalnya, dan takabbur karena faktor ini sering kali menganggap orang lain sebagai budaknya, dan rasa keberatan untuk berbaur dengan mereka.

Dari Abu Dzarr ra berkata: Suatu hari pernah aku bersengketa dengan seseorang (Bilal) di hadapan Nabi. Lalu aku berkata kepada orang itu “Hai anak hitam”. Nabi segera memotong ucapanku: “Hai Abu Dzarr, tiada lebih baik orang putih dari yang hitam, kecuali dengan taqwa”. Mendengar itu saya berbaring dan mempersilahkan Bilal untuk menginjak-injak muka saya. (HR Ahmad).

4. Al Jamal (ketampanan/kecantikan)

Takabbur karena faktor ini lebih banyak terjadi di kalangan wanita, terwujud dalam celaan, atau gunjingan terhadap kekurangan pihak lain.

Aisyah ra berkata : Ada seorang wanita yang ingin bertemu Nabi, dan aku katakan kepada Nabi dengan isyarat tanganku yang menunjukkan bahwa wanita itu pendek. Sabda Nabi ketika itu :”Sesungguhnya kamu telah menggunjingnya”.

5. Al Maal (kekayaan)

Takabbur karena kekayaan ini banyak terjadi di kalangan pejabat, penguasa, pedagang, tuan tanah, dan mereka yang memilikinya. Orang yang merasa lebih kaya meremehkan orang yang dipandang kurang kaya dengan ucapan maupun sikap-sikap lainnya. Hal ini terjadi karena ketidak tahuannya akan fadhilah (keutamaan) orang miskin dan bahaya kekayaan. Seperti yang pernah terjadi pada pemilik dua kebun yang congkak dan akhirnya binasa [QS. Al Kahfi (18):34-42] atau Qarun yang akhirnya binasa bersama hartanya [QS. Al Qashash (28):79-81]

6. Al Quwwah (kekuatan)

Kekuatan dan kegagahan dapat memunculkan takabbur atas mereka yang lemah dan tidak berdaya.

7. Al Atba’ (pengikut/pendukung)

Banyaknya pengikut, pendukung, murid, keluarga, kerabat dan sebagainya sering memunculkan kesombongan pada orang yang memilikinya.

Secara umum, setiap nikmat yang bisa dianggap sebagai nilai lebih pada seseorang,berpotensi melahirkan benih takabbur pada seseorang.

TERAPI TAKABBUR

Takabbur adalah penyakit berbahaya yang bisa menyerang siapa saja. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ini harus dilakukan dengan serius. Pengobatan intensif terhadap pengidap penyakit ini harus dilakukan dengan cermat dan seksama. Terdapat dua tahapan utama untuk melakukan terapi penyakit takabbur, yaitu :

1. Pencabutan akar dan pohonnya dari hati

Untuk mencabut pohon takabbur beserta akar-akarnya diperlukan dua kekuatan, yaitu ilmu dan amal.

· Ilmu yang dibutuhkan dalam hal ini adalah ma’rifatunnafsi (mengenal diri sendiri) dan ma’rifatullah (mengenal Allah). Dua hal ini sudah cukup untuk mencabut akar takabbur dari hati manusia. Sebab jika seseorang sudah mengenali dirinya sendiri dengan pengenalan yang benar, maka ia akan sadar bahwa ia adalah makhluk hina, lebih lemah dari lainnya, lebih miskin dari siapapun juga. Tidak ada yang pantas baginya kecuali tawadhu’ kepada sesama. Dan jika ia mengenali Allah dengan sebenarnya maka akan diketahuinya bahwa tidak ada yang layak untuk takabbur kecuali Allah.

· Amal yang dibutuhkan adalah sikap tawadhu’ kepada sesama manusia karena Allah, dengan senantiasa meneladani akhlak orang-orang shalih sebelumnya seperti akhlak Rasulullah SAW yang makan di atas tanah mengatakan, ”Sesungguhnya aku adalah hamba biasa yang makannya seperti hamba lainnya”.

Tawadhu’ tidak cukup dengan ilmu, ia harus berupa amal. Untuk itulah rukun Islam setelah syahadat adalah menegakkan shalat karena dalam shalat itu terdapat banyak rahasia hidup dan yang terpenting adalah pembiasaan agar seorang muslim yang shalat dengan ruku’ dan sujudnya terbiasa tawadhu’ serta tidak lagi sombong.

Ada banyak hal yang dapat digunakan untuk menguji keberadaan takabbur pada diri seseorang, antara lain lima hal berikut :

a. Berdiskusi dengan sesama teman. Jika kebenaran muncul dari orang lain, bagaimanakah tanggapannya, keberatan atau menrima dengan senang.

b. Berkumpul dalam sebuah haflah (acara). Lalu ada orang lain yang lebih diprioritaskan, apakah sikapnya keberatan atau tidak.

c. Memenuhi undangan orang miskin. Pergi ke pasar membelikan sesuatu untuk orang lain atau tidak.

d. Membawa keperluan sendiri, keluarga, atau sahabat dari pasar atau tempat lainnya sampai rumah. Jika keberatan maka ada takabbur. Jika mau karena terpaksa maka itu kemalasan. Jika mau karena disaksikan banyak orang maka itu riya’.

e. Mengenakan pakaian yang sudah kusam.

Inilah beberapa kondisi berkumpulnya riya’ dan takabbur pada seseorang. Jika dalam keramaian maka riya’ ikut menjebak, jika dalam kesepian takabbur terus mengintai. Dengan mengenali keburukan kita kenali kebaikan. Dan dengan mengenali penyakit kita temukan obatnya.

2. Penghindaran dan pengendalian diri

Penyebab takabbur adalah prestasi yang pernah dicapai manusia. Ketidaksiapan dan ketidakmampuan menerima hasil dari penyebab tertentu berpotensi melahirkan sikap takabbur.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...

Translate to Arabic Translate to Bahasa Indonesia Translate to Bulgarian Translate to Simplified Chinese Translate to Croatian Translate to English Translate to Czech Translate to Danish TTranslate to Dutch Translate to Finnish Translate to French Translate to German Translate to Greek Translate to Hindi Translate to Italian Translate to Japanese Translate to Korean Translate to Norwegian Translate to Polish Translate to Portuguese Translate to Romanian Translate to Russian Translate to Spanish Translate to Swedish Translate to Slovak Translate to Serbian Translate to Thai Translate to Turkey Translate to Filipino Translate to Filipino