Jumat, 09 Mei 2008

ANTARA KEBENARAN DAN KEBATHILAN

Dalam al-Qur’an banyak dijumpai perumpamaan yang menjelaskan antara dua hal yang bersifat antagonis, seperti kebenaran dan kebathilan, kebaikan dan keburukan, sesuatu yang terpuji dan tercela dan sebagainya. Sebagai manusia yang beriman, kita diperintah agar senantiasa menegakkan kebenaran dan memberantas kebathilan. Kebenaran adalah sesuatu yang baik yang diperintahkan oleh ajaran Islam, sedangkan kebathilan mencakup segala yang buruk, yang dilarang oleh ajaran Islam.

Setiap orang mukmin diperintahkan bersikap konsisten, memiliki pendirian yang teguh dan pedoman yang kuat. Ia harus konsisten dalam hal beribadah, dalam beramal dan melakukan kegiatan sosial. Dalam al-Qur’an banyak dijumpai ayat yang memerintahkan agar manusia mukmin bersikap istiqamah dan konsisten dalam membela kebenaran agama, misalnya : “Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan beristiqamahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan jangan mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah : Aku beriman pada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantaramu...” (Q.S. as-Syura, 42 : 15).

Dalam ayat lain ditegaskan agar setiap orang yang beriman, selain bersikap istiqamah, hendaknya juga terus berpihak bersama orang-orang yang baik dan tidak melampaui batas dalam melakukan kegiatan. “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat besertamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Hud, 11 : 112).

Sumber dari sikap konsisten dan istiqamah adalah keimanan yang kuat terhadap Allah SWT. Iman merupakan pondasi bagi semua kehidupan yang dibangun manusia. Bila pondasinya kokoh, maka bangunan itu akan berdiri dengan kuat, dan tidak dapat dirobohkan oleh goncangan-goncangan dan gangguan lainnya. Iman dan sikap istiqamah merupakan landasan dalam berbagai masalah kehidupan manusia, baik yang menyangkut identitas, moralitas, prilaku ataupun hukum dan peradaban.

Dalam rangkaian kalimat yang bersifat metaphoris, al-Qur’anul Karim menggambarkan kepada kita keadaan dua kelompok yang berlawanan, yaitu antara orang-orang yang beriman dan mereka yang tersesat yang menjalani kehidupan tercela : “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya teguh (menghunjam ke pitala bumi) dan cabangnya (menjulng) ke langit. Pohon itu mendatangkan buahnya pada setiap musim dengan izin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk menusia supaya mereka selalu ingat”. (Q.S. Ibrahim, 14 : 24 – 25).

Yang dimaksud dengan kalimat yang baik dalam ayat itu adalah kalimah tauhid. Segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran. Termasuk dalam kategori kalimah thayyibah adalah segala tingkah laku dan perbuatan yang mengarah pada kebaikan.

Ayat selanjutnya menjelaskan tentang perumpamaan dari segala sesuatu yang tidak terpuji atau lawan dari kebaikan yang disebut “Kalimat yang Buruk” : “Dan perumpamaan kalimat yang buruk, bagaikan pohon yang buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tegak sedikitpun”. (Q.S. Ibrahim, 14 : 26). Yang dimaksud dengan kalimat yang buruk adalah kalimat yang mengarah kepada kekafiran, syirik, segala perkataan yang tidak benar dan segala perbuatan yang tidak baik.

Bila kita memperhatikan perumpamaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat thayyibah, yang diumpamakan sebagai pohon yang kuat itu hendaklah memiliki empat kriteria, yaitu : (1) Pohon itu amat indah dan rindang memberikan kenikmatan kepada setiap orang yang memandangnya. (2) Ia berdiri dengan teguh dan kokoh, akarnya menghujam ke dalam bumi dan cabang-cabangnya menjulang ke langit, ia tidak mudah diombang-ambingkan oleh angin atau badah sekalipun. (3) Pohon itu melindungi, karena dengan dahan-dahannya yang tinggi dan rindang dapat menahan cahaya terik matahari. Dengan demikian ia memberikan perlindungan kepada siapapun yang berteduh dibawahnya. (4) Pohon itu mendatangkan buah yang dapat dinikmati manusia dari musim ke musim.

Kesimpulan secara ringkasnya, bahwa manusia yang beriman adalah mereka yang mengikuti petunjuk Allah SWT dan mendatangkan manfaat terhadap sesamanya. “Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang dzalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki”. (Q.S. Ibrahim, 14 : 27).

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...

Translate to Arabic Translate to Bahasa Indonesia Translate to Bulgarian Translate to Simplified Chinese Translate to Croatian Translate to English Translate to Czech Translate to Danish TTranslate to Dutch Translate to Finnish Translate to French Translate to German Translate to Greek Translate to Hindi Translate to Italian Translate to Japanese Translate to Korean Translate to Norwegian Translate to Polish Translate to Portuguese Translate to Romanian Translate to Russian Translate to Spanish Translate to Swedish Translate to Slovak Translate to Serbian Translate to Thai Translate to Turkey Translate to Filipino Translate to Filipino