Salah satu berita yang disampaikan oleh hadits Nabi mengenai keistimewaan al-Qur’an adalah bahwa kitab suci itu menginformasikan kehidupan masa lalu dari para Nabi dan Rasul. Kehidupan itu sebagai pelajaran yang sangat berharga bagi manusia yang hidup pada masa kini dan masa yang akan datang. Kehidupan pada hakekatnya merupakan pengulangan dari sejarah masa lalu, baik yang berkaitan dengan kehidupan manusia biasa ataupun kehidupan para Nabi dan Rasul. Dalam al-Qur’an diinformasikan pada kita, bahwa pada dasarnya ajaran para Nabi dan Rasul itu
memiliki persamaan-persamaan terutama dalam bidang aqidah.
Aqidah yang diajarkan para Nabi dan Rasul, tidak pernah berubah dari satu masa ke masa yang lain yaitu aqidah Tauhid yakni kepercayaan dan keyakinan bahwa sesungguhnya Allah itu adalah Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Al-Qur’an juga menggambarkan sikap tingkah laku manusia yang tidak mengikuti petunjuk dan menentang ajaran para Nabi, mereka digambarkan dalam persamaan untuk menentang ajaran itu. Hal ini bisa kita lihat misalnya yang terjadi pada Nabi Nuh as dan pembangakangan kaumnya. "Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata : Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dia. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari kiamat." (Q.S. al-A’raf, 7 : 59).
Ayat di atas menegaskan pada kita bahwa ajaran aqidah yang disampaikan Nabi Nuh adalah aqidah Tauhid yaitu kepercayaan dan keyakinan bahwa Allah itu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Ayat itu menjelaskan kepada kita bahwa tugas para Nabi dan Rasul terdapat persamaan yaitu menyampaikan risalah Ilahiyah. Pada ayat berikutnya dijelaskan tentang pembangkangan dari kaum Nabi Nuh yang tidak beriman, dan ucapan itu diucapkan juga oleh umat-umat Nabi lain yang tidak beriman, dijelaskan dalam al-Qur’an : Pemuka-pemuka dari kaumnya (Nuh) berkata : sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata. Dalam ayat berikutnya ditegaskan jawaban dari Nabi Nuh terhadap mereka : Wahai kaumku, tidak ada padaku kesesatan sedikitpun, tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan padamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat padamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S. al-A’raf, 7 : 60 – 62).
Bila dibandingkan dengan sejarah para Nabi yang lain yang diinformasikan al-Qur’an maka apa yang dialami Nabi Nuh dialami juga oleh Nabi-Nabi lain, misalnya yang dialami oleh nabi Hud sebagaimana yang dijelaskan al-Qur’an. “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka Hud. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari Dia. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya”. Ajaran Nabi Hud mengenai aqidah persis sama sebagaimana yang diajarakan Nabi Nuh. Pembangkangan kaum Nabi Hud yang tidak beriman juga sama dengan pembangkangan kaum Nabi Nuh, dijelaskan : “Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya (hud) berkatan : "Sesungguhnya kami benar-banar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang berdusta." (Q.S. al-A’raf, 7 : 65 – 66).
Jawaban Nabi Hud terhadap kaumnya yang membangkang juga sama dengan jawaban Nabi Nuh terhadap kaumnya, seperti dijelaskan dalam ayat berikutnya : "Hud berkata : “Wahai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” (Q.S. al-A’raff, 7 : 67 – 68). Ayat-ayat diatas menjelaskan kepada kita tentang persamaan yang dialami para Nabi dan para Rasul, baik yang berkaitan dengan ajaran yang dibawanya maupun pembangkangan orang-orang yang tidak beriman. Contoh-contoh persamaan seperti ini banyak dijumpai juga pada ayat-ayat lain, yang dikemukakan di atas hanyalah sebagai contoh saja.
Berbagai keanehan yang dirasakan oleh orang-orang yang tidak beriman, juga diinformasikan al-Qur’an dalam persamaan, meskipun dikemukakan dalam berbagai versi, misalnya apa yang dikemukakan oleh Nabi Nuh as, disebutkan : "Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberikan peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertaqwa dan supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. al-A’raf, 7 : 63). Kalimat senada seperti disebutkan di atas, disampaikan juga oleh Nabi hud as kepada kaumnya yang tidak beriman, sebagai berikut : "Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki diantaramu untuk memberi peringatan? Dan ingatlah olehmu sekalian diwaktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) setelah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu dapat keberuntungan.” (Q.S. al-A’raf, 7 : 69).
Ajaran dasar yang disampaikan para Nabi berupa aqidah Islamiyah adalah sama, tidak pernah berubah dari masa ke masa, dari suatu Nabi ke Nabi yang lain, yaitu aqidah tauhid. Pengalaman-pengalaman yang dialami para Nabi juga banyak persamaan. Semua itu diinformasikan al-Qur’an secara lengkap. Berbahagialah manusia yang mengikuti petunjuk al-Qur’an, kitab suci yang berfungsi sebagai petunjuk abadi bagi setiap orang yang ingin memperoleh kesuksesan duniawi dan ukhrawi.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...