Nabi besar Muhammad SAW seorang Rasul yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta, berperan juga sebagai seorang da’i. Yaitu orang yang menyeru dan mengajak umat manusia agar menuju kebenaran dan meninggalkan kebathilan. Ajakan atau seruan disebut “Da’wah”, suatu istilah yang dikenal luas dikalangan masyarakat. Disebutkan dalam al-Qur’an, surat al-Ahzab ayat 45-46 : “Wahai Nabi, Kami mengutusmu sebagai saksi bagi umat, pemberi kabar gembera dan pemberi peringatan. Dan sebagai seorang da’i yang menyeru manusia menuju agama Allah dengan izin-Nya, serta menjadi pelita yang menerangi”.
Da’wah pengertiannya menurut etimologi adalah; ajakan, seruan, panggilan dan undangan. Sedangkan menurut terminologi secara umum, da’wah adalah : Suatu pengetahuan yang mengajarkan cara-cara dan metode untuk menarik perhatian umat manusia, guna mengikuti suatu ideologi atau ajaran tertentu. Pengertian da’wah dalam ajaran Islam adalah : mengajak umat manusia dengan hikmah dan kebijaksanaan agar mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Sheikh Ali Makhfudz mengemukakan pengertian da’wah Islam sebagai berikut : ”Mengarahkan manusia agar melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka agar berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat”.
Al-Ustadz Bahiyul Huli dalam kitabnya “Tadzkirah al-Du’at” berpendapat : “Da’wah adalah memindahkan umat manusia dari suatu situasi kepada situasi yang lain”. Banyak lagi istilah-istilah lain yang hampir sama artinya dengan da’wah, seperti tabligh atau penyampaian, amar ma’ruf nahi munkar yaitu memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, mau’idzah atau nasihat, dzikra atau peringatan, khutbah, nasihat, wasiat dan sebagainya.
Dari uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa da’wah adalah suatu usaha untuk merubah situasi yang tidak diridhai oleh Allah kepada situasi yang diridhai oleh-Nya. Dengan demikian da’i senantiasa berusaha memindahkan situasi yang negatif kepada yang positif, merubah keadaan yang buruk kepada yang baik, mencegah yang mungkar dan menegakkan yang ma’ruf.
Berda’wah melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mingkar adalah merupakan kewajiban bagi umat Islam, di mana saja mereka berada menurut kemampuan masing-masing. Sebagai mana firman Allah SWT : “Hendaklah ada diantaramu umat yang menyeru kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf atau yang baik, mencegah yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali Imran, 3 : 104).
Rasul bersabda : “Siapa diantaramu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu juga maka dengan hatinya, dan itulah iman yang paling lemah”. (H.R. Muslim). Dalam hadits lain disebutkan : “Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat”. (H.R. Bukhari).
Rasulullah Muhammad SAW melaksanakan da’wah dengan penuh kebijaksanaan dan metode-metode yang tepat, sehingga dalam perjuangannya yang teramat singkat, hanya memakan waktu sekitar 23 tahun dapat merubah suatu masyarakat jahiliyah yang diliputi kedzaliman dan kebodohan menjadi masyarakat yang beradab, dimana-mana manusia saling berbuat baik dan diridhai oleh Allah. Dalam waktu yang teramat singkat itu Rasulullah telah berhasil merubah suatu bangsa yang terbelakang dan tidak dikenal oleh sejarah, menjadi masyarakat yang maju dan menjadi penentu sejarah dunia.
Diantara kunci-kunci sukses yang mengantarkan Rasul Muhammad kepada keberhasilan da’wah adalah karena beliau senantiasa bersikap lemah lembut, berakhlak mulia, bermusyawarah dalam segala urusan dan perjuangan yang ulet dipenuhi kesabaran dan ketabahan. Sebelum Rasul berda’wah mengajak orang lain, beliau selalu memulai dengan dirinya sendiri dan keluarganya. Ia sangat memperhatikan keadaan objek da’wah sehingga mereka dapat dibimbing dengan baik. Dijelaskan dalam al-Qur’an : “Maka dengan rahmat Allah engkau bersikap lemah lembut kepada mereka. Seandainya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan melarikan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkan mereka, mohonkan ampun bagi mereka dan bermusyawarah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal”. (Q.S. Ali Imran, 3 : 159).
Berdasarkan kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dan agar umat Islam dapat melanjutkan da’wah Islamiyah dengan sebaik-baiknya, maka hendaklah menjadikan Rasul, sebagai contoh dan teladan dalam segala kehidupan. Untuk itu, seorang da’i hendaklah memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
- Mengetahui tentang al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai dasar-dasar pokok dari agama Islam.
- Memiliki pengetahuan Islam yang bersumber kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
- Memiliki ilmu pengetahuan yang menjadi pelengkap da’wah, seperti teknik berda’wah dan strategi, psikologi, sejarah kebudayaan Islam, Sejarah perkembangan da’wah, perbandingan agama dan sebagainya.
- Menguasai bahasa umat yang akan diajak kepada jalan yang diridhai oleh Allah. Demikian juga ilmu rethorika, kepandaian berbicara, mengarang, menulis uraian yang ilmiah dan sebagainya.
- Seorang da’i harus bersikap penyantun, berpandangan luas dan berlapang dada, sebab apabila sempit, keras dan kasar, orang-orang disekelilingnya akan tidak simpati dan meninggalkan ajakannya, sebagaimana dijelaskan al-Qur’an dalam surat Ali Imran 159 tersebut di atas.
- Memiliki keberanian dengan perhitungan yang matang untuk menyatakan, membela dan mempertahankan kebenaran. Allah berfirman : “Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan bersedih hati, kamu adalah orang-orang yang mulia jika kamu beriman”. (Q.S. Ali Imran, 3 : 139).
- Seorang da’i hendaklah senantiasa memberikan contoh-contoh amal perbuatan dari apa yang dida’wahkan : “Besar dosa di sisi Allah, kamu katatakan apa yang kamu tidak kerjakan”. (Q.S. al-Shaf : 3).
- Memiliki mental yang kuat, tabah, berkemauan keras, bersikap optimis, walaupun menghadapi berbagai macam problem, rintangan dan tantangan.
- Bersikap ikhlas semata-mata mencari keridhaan Allah dalam segala langkah dan perbuatan.
- Mencintai dan menyenangi tugas sebagai da’i atau muballigh dan tidak mudah meninggalkan tugas-tugas da’wah tersebut karena pengeruh-pengaruh lain yang bersifat materi, kedudukan atau kemewahan duniawi lainnya.
- Senantiasa mengikuti jalan yang diridhai oleh Allah SWT dalam segala kehidupan. Allah berfirman : “Sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Janganlah kamu mengikuti jalan yang lain, nanti akan terlepas dari jalan-Nya. Itulah yang diwasiatkan Tuhan kepadamu, semoga kamu bertaqwa”. (Q.S. al-An’am : 153).
Bila setiap pribadi da’i dan kaum muslimin memperhatikan ketentuan tersebut di atas, maka da’wah Islam akan berhasil dengan baik. Da’wah pada abad modern sekarang ini, tidak bisa lagi hanya dengan jalan menggembor-gemborkan kehebatan agama Islam, tetapi harus bisa dibuktikan kehebatan itu di tengah-tengah masyarakat. Ajaran agama Islam demikian luhur dan agung, sangat disayangkan apabila tidak bisa disampaikan dengan cara yang baik dan berkualitas. Betapapun baiknya materi yang disampaikan, tetapi bila cara penyampaiannya tidak baik dan tidak bermutu, maka kebaikan materi ajaran itu akan tertutup, sehingga kebaikan dan kehebatan yang terkandung di dalamnya tidak nampak.
Kebaikan dan kesempurnaan penyampaian materi da’wah harus ditunjang dengan contoh-contoh yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Agama Islam hendaknya dihayati dan diamalkan dengan baik, sehingga jelas wujud dan bentuknya di tengah-tengah kehidupan dunia modern. Aktivitas da’wah yang hanya dilakukan dengan lisan tanpa dibuktikan dengan kenyataan-kenyataan akan mengalami kegagalan yang memalukan.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...