Senin, 12 Mei 2008

KITAB TAUBAT

Sungguhpun manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang sempurna, ia tak bisa berlepas dari kesalahan, kekhilafan dan perbuatan dosa. Dalam diri manusia secara fitri dibekali oleh SWT, potensi dan kecenderungan untuk berbuat baik atau berbuat buruk. Karena itu, setiap diri manusia betapapun ia merasa bersih atau suci, pada hakekatnya memiliki kesalahan. Setiap orang pasti pernah melakukan perbuatan dosa dan kekhilafan.

Memperhatikan kenyataan sebagaimana disebutkan di atas, maka bertaubat, atau memohon ampunan merupakan suatu kewajiban yang telah ditetapkan bagi setiap orang yang melakukan perbuatan dosa. Dengan demikian maka dosanya dapat terhapus dan diampuni Allah SWT serta dapat membimbing dirinya pada perbuatan yang baik dan terpuji.

Bertaubat yang dilakukan oleh setiap orang yang berbuat kesalahan, harus memenuhi empat persyaratan, yaitu : (1) harus meninggalkan dosa tersebut, (2) menyesali perbuatan dosa yang telah terlanjur dikerjakannya, (3) memiliki rencana dan kemauan yang sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan tercela itu dan (4) menyelesaikan urusan dengan sesama manusia, yang terkait dengan perbuatan dosa tersebut.

Satu sampai tiga syarat diatas mencukupi sebagai persyaratan untuk bertaubat, apabila kesalahannya hanya menyangkut dengan Allah SWT. Bila kesalahan itu berkaitan dengan sesama manusia, maka ia harus memenuhinya dengan syarat yang keempat, yaitu menyelesaikan urusannya dan mohon maaf kepada orang tersebut.

Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk bertaubat dari segala kesalahan, sebagaimana disebutkan dalam firmannya : “Bertaubatlah kamu kepada Allah wahai orang-orang yang beriman agar supaya kamu berbahagia”. (Q.S. an-Nur : 31). Dalam ayat lain diperintahkan agar memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepadanya : “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu dengan membaca istighfar kemudian bertaubatlah kepada-Nya (Q.S. Hud : 3).

Nabi besar Muhammad SAW selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah secara terus menerus pada setiap saat, sehingga disebutkan dalam suatu hadits bahwa beliau mohon ampunan dan bertaubat pada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam satu hari. (H.R. Bukhari). Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim disebutkan bahwa beliau beristighfar dan bertaubat kepada Allah sebanyak seratus kali dalam satu hari. Dua hadits ini mengisaratkan pada kita betapa kuatnya perintah untuk memohon ampunan dan bertaubat. Salah satu ayat al-Qur’an memerintahkan agar orang-orang mu’min bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya, dengan arti menyesali dan tidak mengulangi perbuatan dosanya. Allah berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat nasuha (taubat yang sesungguhnya)”. (Q.S. at-Tahrim : 8).

Berbagai keterangan, baik yang bersumber dari al-Qur’an ataupun Sunnah Rasul, menjelaskan pada kita, betapa maha agungnya kasih Allah yang diberikan kepada makhluk-Nya. Diantara keagungan kasih-Nya, Ia menerima taubat dari semua hamba-Nya, selama hamba itu bertaubat dengan sungguh-sungguh.

“Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik al-Anshari, pelayan Rasulullah SAW berkata; bersabda Rasullah SAW : “Sesungguhnya Allah SWT lebih berbahagia menerima taubat hamba-Nya, melebihi kebahagian seorang diantaramu yang menemukan kembali untanya yang hilang, ditengah-tengah padang pasir (H.R. Bukhari & Muslim). Dalam riwayat Muslim dikatakan : Sesungguhnya Allah lebih berbahagia menerima taubat hamba-Nya, ketika ia bertaubat kepada-Nya, dari kegembiraan seorang diantaramu yang mengendarai kendaraan ditengah padang pasir. Kemudian hewan yang dikendarainya itu hilang dan lari meninggalkannya, padahal pada hewan itu terdapat makanan dan minumannya. Orang itu berputus asa untuk berusaha mencari dan menemukan kendaraannya kembali. Ia kemudian berteduh dibawah pohon dengan membaringkan badannya, dalam keadaan putus asa. Kemudian ketika ia bangkit dari tempat pembaringannya, tiba-tiba menemukan kembali hewan kendaraannya, lengkap dengan segala bekalnya, berupa makanan dan minuman. Ia segera memegang tali kekang hewan itu seraya berkata : Wahai Allah engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu, ia keliru mengucapkan kalimat itu, karena terlampau gembira”. (H.R. Muslim).

Dalam hadits diatas, Nabi SAW menceritakan kepada para sahabatnya tentang betapa gembiranya Allah menerima taubat orang-orang yang berdosa. Dalam hadits itu digambarkan dengan adanya musafir kelana, yang meninggalkan keluarga dan kampung halamannya yang ia cintai untuk menuju suatu perjalanan yang amat jauh. Di tengah jalan, tiba-tiba musafir itu tersesat, sehingga ia tidak menemukan jalan untuk kembali atau untuk melanjutkan tujuannya.

Bak kata pepatah, “sudah jatuh tetimpa tangga”, musafir itu terkena musibah yang bertumpuk-tumpuk. Sudah tersesat dan tidak mungkin menemukan jalan untuk kembali, ia terkantuk karena sangat lelah. Begitu ia sadar dari kantuknya,ia melihat kuda yang dipakai sebagai kendaraannya hilang lenyap dari sisinya. Padahal dalam kuda itu terdapat bekal makanan dan pakaiannya. Tinggal kini musafir itu termangu, merenungi dan meratapi nasibnya yang amat buruk. Untuk berapa lama ia tidak makan dan minum serta tidak bisa melanjutkan perjalanan. Bayangan kematian terus menghantui dirinya, sampai pada suatu saat ia terkantuk kembali dengan keadaan yang tidak menentu. Setelah ia terbangun, tiba-tiba dilihat kembali kudanya yang berada di depan matanya lengkap dengan persediaan makanan dan pakaiannya.

Musafir itu segera bangkit, kemudian memegang kendali kuda itu dan ditepuk punggungnya dengan bahagia yang tiada bandingnya, karena menemukan kembali kudanya. Musafir itu melfadzkan ucapan tanda syukur, sampai terjadi salah ucap, dia mengatakan: “Wahai Allah, engkau adalah hambaku sedang aku adalah Tuhanmu”. Ia salah mengucapkan, sehingga terbalik, Nabi selanjutnya menjelaskan bahwa Allah lebih berbahagia menerima hamba-Nya yang bertaubat, melebihi musafir kelana yang menemukan kembali kudanya yang hilang.

Hadits Nabi yang lain mengisyaratkan, bahwa Allah SWT senantiasa membentangkan kedua tangannya dimalam hari untuk menerima taubat orang-orang yang berdosa disiang hari. Dan membentangkan kedua tangannya disiang hari untuk menerima taubat orang-orang yang berdosa dimalam hari. (H.R. Muslim). Dengan demikian, betapa beruntung dan bahagianya mereka yang melalui malam-malam harinya dengan beristighfar mohon ampunan pada Allah SWT dan bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya.


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...

Translate to Arabic Translate to Bahasa Indonesia Translate to Bulgarian Translate to Simplified Chinese Translate to Croatian Translate to English Translate to Czech Translate to Danish TTranslate to Dutch Translate to Finnish Translate to French Translate to German Translate to Greek Translate to Hindi Translate to Italian Translate to Japanese Translate to Korean Translate to Norwegian Translate to Polish Translate to Portuguese Translate to Romanian Translate to Russian Translate to Spanish Translate to Swedish Translate to Slovak Translate to Serbian Translate to Thai Translate to Turkey Translate to Filipino Translate to Filipino