Senin, 12 Mei 2008

KITAB TAUBAT II

Betapapun banyak dan besarnya dosa yang dilakukan seorang manusia, apabila ia bertaubat dengan tulus dan dilakukan secara bersungguh-sungguh serta menjalani tata caranya yang utuh, maka taubatnya akan diterima oleh Allah SWT. Hadits berikut ini menjelaskan, betapa Maha Besar dan Maha Kasih Allah SWT terhadap hambanya yang berniat kembali kepada-Nya dan bertaubat, bagaimanapun banyaknya ia melakukan dosa, tetap taubatnya diterima oleh Allah SWT.
Artinya :
Dari Abi Said bin Malik bin Sinan al-Khudri, Nabi SAW bersabda : Pada masa sebelummu ada seorang pria yang telah membunuh 99 orang. Ia kemudian mencari orang yang paling alim di negerinya, pria itu ditunjuki pada seorang Rahib, maka iapun datang dan bertanya ; Bahwa sesungguhnya ia telah membunuh 99 orang apakah masih ada jalan baginya untuk bertaubat? Rahib (pemimpin agama) itu menjawab : Tidak ada jalan untuk bertaubat. Memperoleh jawaban seperti itu ia marah dan membunuh rahib tersebut sehingga genaplah membunuh 100 orang. Orang itu tidak berputus asa, kemudian ia mencari Rahib yang lebih alim lagi di negerinya. Ia kemudian ditunjukkan pada seseorang yang sangat alim, maka iapun datang ke sana. Ia berkata : sesungguhnya ia telah membunuh 100 orang, apakah masih ada jalan untuk bertaubat? Rahib yang sangat alim itu menjawab : Ya, kamu masih bisa bertaubat, tidak ada seorangpun yang bisa menghalangimu untuk bertaubat. Rahib itu kemudian memberi petunjuk, pergilah kamu kesuatu daerah, penduduk daerah itu adalah orang-orang yang ahli ibadah pada Allah SWT, maka beribadahlah kamu kepada Allah SWT bersama mereka. Janganlah kamu kembali ke daerahmu, karena di daerahmu lingkungannya tidak baik.
Lelaki yang berniat untuk bertaubat itu kemudian pergi ke tempat yang ditunjukkan padanya. Dalam perjalanan, waktu ia baru mencapai setengah jarak yang ditempuhnya ia meninggal dunia. Bertengkarlah kemudian malaikat Rahmat dan malaikat Adzab. Berkata malaikat Rahmat : Telah datang seorang pria yang telah bertaubat menghadap pada Allah SWT dengan sepenuh hati. Sebaliknya malaikat Adzab berkata : sesungguhnya ia belum berbuat kebaikan sama sekali. Kemudian datang seorang Malaikat dalam bentuk manusia, ia dijadikan sebagai wasit untuk melerai perselisihan kedua malaikat tersebut. Berkatalah Malaikat yang dijadikan wasit itu : Ukurlah olehmu berdua jarak kedua daerah itu, maka pada daerah yang lebih dekat itu ditetapkan nasibnya. Mereka berdua mengukur jarak antara dua daerah itu, dengan teliti, ternyata pria yang bertaubat itu lebih dekat pada daerah yang dituju (daerah yang baik), maka pria itu disambut oleh malaikat Rahmat (HR. Bukhari & Muslim) (Al-Nawawi : 1992 : 50).
Dalam riwayat lain disebutkan kitab al-Shahih : Pria yang bertaubat itu lebih dekat sejengkal ke tempat yang baik itu, maka ia dikelompokkan bersama orang-orang yang shalih di tempat tersebut. Pada kitab al-Shalih diriwayatkan juga, bahwa Allah SWT mewahyukan (memerintahkan) pada daerah yang buruk itu supaya menjauh dari daerah yang baik supaya mendekat pada posisi pria yang bertaubat itu, kemudian diukur oleh kedua malaikat tersebut. Kedua malaikat itu mendapati posisi jenazah itu ternyata lebih dekat sejengkal ke daerah yang baik, maka pria itu diampuni oleh Allah SWT. Pada riwayat yang lain Allah membuat dada orang tersebut cenderung untuk menuju ke daerah yang baik. (al-Nawawi : 1992 : 50).
Anas bin Malik meriwayatkan, bahwa Rasulullah Muhammad SAW bersabda : Orang yang bertaubat dari dosa, bagaikan orang yang tidak pernah berdosa, dan apabila Allah mencintai seorang hamba, niscaya dosa tidak akan membahayakan dirinya. (H.R. Ibnu Majah, Tirmidzi dan Hakim). Selanjutnya beliau membacakan ayat : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri” (Q.S. al-Baqarah, 2 : 222). Ketika Nabi SAW ditanya : “Apakah tanda-tanda orang yang bertaubat?” beliau menjawab : “Menyesali kesalahan”. Anas bin Malik juga meriwayatkan, Rasul SAW bersabda : “Tidak ada seorangpun yang lebih dicintai Allah, selain anak muda yang bertaubat”. (al-Qusyairi : 1996 : 78, Al-Syuyuthi dalam kitab al-Jami’ al-Shagir menginformasikan bahwa hadits ini diriwayatkan Abu al-Mudzaffar al Sam’ani dari Salman, menurutnya status hadits ini dhaif).
Berdasarkan uraian di atas, bertaubat merupakan station pertama dari perjalanan yang ditempuh kaum sufi, dan merupakan tahapan pertama dari beberapa tingkatan yang ditempuh oleh mereka yang mendekatkan diri pada Allah SWT. Makna taubat dalam bahasa Arab adalah kembali. Ia bertaubat, bertaubat berarti ia kembali. Dengan demikian taubat adalah meninggalkan kehidupan yang tercela dan menuju pada kehidupan yang terpuji. Rasul SAW bersabda : “Menyesali suatu kesalahan, merupakan taubat”. (H.R. Bukhari & Ahmad).Hadits di atas menunjukkan pada kita betapa agungnya taubat itu, seperti Nabi SAW bersabda : “Haji adalah Arafah”. Dalam sabda itu terkandung pesan, betapa pentingnya wukuf di Arafah dalam pelaksanaan ibadah haji, bukan berarti menafikkan unsur-unsur lainnya, seperti, thawaf, sa’i dan sebagainya. Pesan itu hanya untuk menekankan betapa pentingnya ibadah wukuf, disejajarkan dengan rukun-rukun haji yang lain. Demikian juga yang terkandung dalam pesan hadits di atas bahwa “menyesali kesalahan merupakan suatu taubat”. Jadi bagian penting dalam bertaubat adalah menyesali perbuatan dosa.
Pada uraian kitab taubat pertama telah disebutkan tiga atau empat syarat yang harus dipenuhi bagi mereka yang bertaubat. Persyaratan tersebut, bisa diringkas atau dikumpulkan dalam satu hal, yaitu menyesali perbuatan dosa. Karena menyesali kesalahan mencakup syarat-syarat yang lain , maksudnya orang tidak mungkin bertaubat dari suatu perbuatan dosa atau kesalahan yang tetap dilakukan secara terus menerus atau memiliki maksud untuk melakukannya kembali. Inilah makna taubat secara global, sebagai penjelasan lebih terperinci, disebutkan bahwa taubat mempunyai sebab, urutan, aturan dan bagian-bagiannya sendiri. Sebab langsung yang pertama dari taubat adalah sadarnya hati seseorang dari kealpaan, menyadari bahwa dirinya telah melakukan perbuatan yang buruk. Orang tersebut dapat menggapai hal ini dengan petolongan Allah SWT, setelah ia mengatasi berbagai kendala yang diujikan Allah SWT terhadap fikirannya. Keadaan seperti ini berlangsung dengan cara memperhatikan dan mendengarkan kata hati dan bisikan sanubarinya. Disebutkan dalam hadits : “sesungguhnya pada tubuh manusia ada segumpal daging, apabila ia baik maka baik pulalah seluruh tubuhnya dan apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal daging itu adalah kalbu”. (H.R. Bukhari & Muslim).
Bila seorang manusia merenungi secara mendalam terhadap perbuatan-perbuatan jahatnya, ia pasti akan menyadari perbuatan-perbuatan tercela yang dilakukannya, maka kerinduan untuk bertaubat akan terukir dalam lubuk hatinya. Keadaan seperti itu biasanya dibarengi dengan sikap menahan diri dari tindakan-tindakan yang tercela. Allah SWT akan berkenan memberikan pertolongan padanya, dalam melaksanakan niatnya yang kuat itu, untuk menempuh jalan kembali pada kebaikan. Langkah untuk bertaubat yang paling awal adalah memisahkan diri dari orang-orang yang biasa berbuat jahat. Karena lingkungan seperti itu akan mendorong seseorang pada perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga memalingkannya dari tujuan taubatnya, hal ini juga dapat menimbulkan keraguan dari kejujuran niat untuk bertaubat yang telah terpatri dalam dirinya.
Tindakan yang mulia itu juga harus dibarengi dengan keteguhan tauhid dan terus menerus mengikrarkan kalimat syahadah, dibarengi motif-motif yang mendorong pelaksanaan ketetapan dalam hati. Dengan cara tersebut, ia dapat memperkuat rasa khauf (kecemasan) dan raja’ (harapan). Selanjutnya tindakan-tindakan tercela yang membentuk simpul kebandelan dalam hati akan semakin lemah. Ia akan menahan perbuatan-perbuatan yang terlarang dan kendali diri akan senantiasa terjaga dari tindakan yang memperturutkan hawa nafsu. Kemudian ia segera meninggalkan dosanya dan meneguhkan hati untuk tidak terjerumus kembali dalam dosa-dosa yang serupa, di masa yang akan datang. Apabila ia terus bertindak sesuai dengan tujuan yang selaras dengan kehendaknya, berarti orang tersebut telah dikaruniai rasa aman yang sesungguhnya. Bila pada suatu hari ketetapan hatinya meredup, hingga hasratnya mendorongnya untuk melakukan penyelewengan kembali, suatu hal yang mungkin terjadi, bahkan kerap kali terjadi, kita harus tetap berharap bahwa orang seperti itu akan bertaubat kembali, karena “bagi tiap-tiap masa ada ketentuannya”. (Q.S. al-Ra’ad, 13 : 38).
Abu Sulaiman al-Darami menceritakan : “Aku sering kali mengunjungi majlis seorang Ahli Kisah, kata-katanya membekas dalam hati. Akan tetapi setelah aku kembali ke rumah, kata-kata yang telah membekas dihati itu lenyap. Aku menghadiri majlis itu untuk yang kedua kalinya, memperhatikan ucapannya dan membekas dalam hati, tetapi ketika pulang, sampai di tengah jalan lupa kembali. Tidak bosan akupun menghadiri majlis itu untuk yang ketiga kalinya, barulah kata-katanya membekas dalam hati hingga di rumah. selanjutnya aku hancurkan segala peralatan yang mengarah pada dosa dan aku meniti jalan kebaikan dengan teguh. Setelah itu, kisah ini kami sampaikan pada Yahyah bin Muadz, ia mengomentari hal ini, seraya berkata : “Seekor burung pipit mencoba menangkap burung bangau”. Yang dimaksudkan burung pipit itu adalah Ahli Kisah yang disebutkan di atas, sedangkan burung bangau maksudnya adalah Abu Sulaiman al-Darami sendiri (al-Qusyairi : 1996 : 81)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...

Translate to Arabic Translate to Bahasa Indonesia Translate to Bulgarian Translate to Simplified Chinese Translate to Croatian Translate to English Translate to Czech Translate to Danish TTranslate to Dutch Translate to Finnish Translate to French Translate to German Translate to Greek Translate to Hindi Translate to Italian Translate to Japanese Translate to Korean Translate to Norwegian Translate to Polish Translate to Portuguese Translate to Romanian Translate to Russian Translate to Spanish Translate to Swedish Translate to Slovak Translate to Serbian Translate to Thai Translate to Turkey Translate to Filipino Translate to Filipino